Anak suka berbohong? Pastinya, ayah dan bunda tak menginginkan hal tersebut bukan. Kebohongan yang dilakukan anak kita, akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya ketika dewasa kelak.
Ada kalanya, anak-anak kita sering berbohong karena banyaknya penyebab. Mungkin karena mereka menginginkan sesuatu hingga harus berbohong, atau ingin menghindari agar tak dimarahi, dan lain sebagainya.
Apapun penyebab kebohongan yang dilakukan oleh anak, akan jauh lebih baik jika hal tersebut tidak dibiarkan, karena akan menjadi kebiasaan yang tidak baik hingga dewasa.
Pencegahan yang dilakukan oleh sebagian besar orangtua agar anak suka berbohong tak lagi melakukannya, terkadang hanya mengandalkan sisi emosional dari ayah bunda.
1. Hindari “Kenapa/Mengapa”
Hal pertama yang perlu ayah bunda lakukan untuk mengatasi anak suka berbohong, dan mengetahui kebohongan mereka, adalah dengan tidak diawali dengan pertanyaan “Kenapa/Mengapa”.
Komunikasi yang diawali dengan pertanyaan tersebut akan menciptakan suasana tegang antara anak dan orangtua.
2. Bohong dan Bohong lagi
Munculnya pertanyaan “mengapa/kenapa” melakukan kebohongan pada diri anak, akan mendorong seorang anak melakukan kebohongan yang lainnya. Ini karena anak-anak ingin memberikan jawaban yang ‘benar’ dan ‘bisa diterima’.
3. Pastikan dalam kondisi tenang
Jika ayah bunda hendak mengajak anak-anak berkomunikasi, pastikan dalam kondisi emosional kita sedang tenang.
Ungkapkan fakta kebohongan yang dilakukan oleh anak-anak kita, dengan sabar dan tenang, tanpa harus melibatkan emosi. Ini dilakukan agar anak-anak tidak merasa ‘terancam’ jika harus berbicara jujur.
4. Ungkapkan fakta-fakta
Katakanlah kepada anak-anak kita tentang fakta-fakta yang sudah terjadi. Misalkan, “Ibu guru menelepon mama, kalau kamu…..” atau “Piring dan gelas di dapur pecah…”
5. Sebaiknya tidak melabeli anak kita
Salah satu langkah yang kurang tepat dilakukan orangtua ketika menghadapi anak suka berbohong adalah dengan mengawalinya dengan memberikan ‘label’ terlebih dahulu.
Jangan pernah lakukan hal tersebut. Secara psikologis, anak akan semakin menutup rapat dirinya untuk berkata jujur, ketika sudah dicap sebagai seorang pembohong.
6. Sebaiknya tidak melakukan ceramah
Ada kalanya, anak-anak tidak menyukai jika orangtuanya menekan dirinya dengan menceramahinya. Misalkan, “Tuhan gak suka lho anak suka bohong”
Secara tidak langsung, bentuk ceramah tersebut akan memberikan tuduhan pada anak kita di awal. Tanpa mengungkap kejujuran pada diri anak-anak kita.
7. Jangan mencoba untuk menjebak
Menjebak yang dimaksud disini adalah bentuk tindakan kita sebagai orangtua yang cenderung lebih mencari kesalahan anak-anak kita, sebelum menunggu mereka untuk berkata jujur.
Sebaiknya hindari bentuk jebakan kepada anak-anak kita, seperti:
8. Ajak anak ungkapkan fakta lain
Misalkan kita tak mengetahui fakta-fakta lain tentang peristiwa yang dilakukan oleh anak kita, tanyakan pada anak-anak tentang fakta-fakta yang belum kita ketahui kebenarannya.
Ajak anak kita untuk membongkar kebohongan-kebohongan lainnya dengan cara lembut.
9. Berikan alternatif pemecahan masalah
Jika anak kita melakukan kebohongan karena sesuatu masalah, sebagai orangtua yang baik berikan alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Jangan hanya bisa menyalahkan anak karena melakukan kebohongan tanpa memberikan solusi dari masalah yang menimpa anak-anak kita.
10. Tunjukkan rasa empati
Memberikan dan menunjukkan empati memiliki tujuan untuk menunjukkan kepedulian kita pada perasaan anak-anak kita. Dan bukan dengan tujuan untuk membenarkan kebohongan yang telah dilakukannya.
11. Dengarkan mereka
Salah satu cara menunjukkan rasa empati terhadap perasaan anak-anak kita, adalah dengan mendengarkan mereka berkata, tanpa harus menyalahkan.
Berikan anggukan saat anak bicara, atau respon dengan mengucapkan, “Aah..” atau “Ohh..”
Rasa empati menjadi pemicu bagi anak untuk mengendalikan emosinya, mencari pemecahan masalah, dan berpikir jernih.
12. Hindari maaf sebagai satu-satunya konsekuensi
Penyelesaian masalah dengan hanya mengucapkan kata maaf sebagai satu-satunya konsekuensi, tidak akan mencegah anak berbuat kebohongan lagi di kemudian hari.
13. Berikan konsekuensi yang tepat
Konsekuensi selain kata maaf bisa dilakukan, dengan syarat bahwa konsekuensi itu tepat bagi perbuatan yang telah dilakukannya.
14. Ganti rugi
Salah satu bentuk konsekuensi adalah melakukan ganti rugi. Dan ini bisa dilakukan, dalam arti bukan untuk mengembalikan keadaan seperti semula, tetapi lebih untuk menghargai usaha anak suka berbohong untuk memperbaiki keadaan.
15. Kembalikan kepercayaan
Terkhusus untuk anak-anak kita yang sudah berusia di atas 8 tahun, tidak cukup hanya dengan memberikan konsekuensi biasa.
16. Konsekuensi terbaik
Salah satu bentuk konsekuensi terbaik dari tindakan berbohong adalah mampu menjaga kepercayaan dan adanya tanggung jawab baru.
17. Pengecualian kondisi
Dalam beberapa kondisi, anak mengakui kebohongan dan berkata jujur itu sudah cukup. Atau juga melakukan ganti rugi, dan tak perlu lagi konsekuensi tambahan lainnya.
18. Dengarkan suara hati
Tetap dengarkan pendapat anak kita, dan tentunya suara hati kita sendiri, apakah konsekuensi yang kita berikan masih dalam batas-batas yang wajar dan tidak berlebihan.
Itulah beberapa cara mengatasi anak suka berbohong agar tidak melakukan lagi kebohongan-kebohongan lainnya di kemudian hari.
Ayah Bunda punya tips lainnya? Berbagi dengan lainnya yuk…
Referensi Tambahan:
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar