Hi, sahabat muda! Kali saya mau berbagi sedikit informasi tentang investasi di pasar modal.
Tapi sebelumnya, pernah ga sih kamu kepikiran 5 atau 10 tahun lagi kamu pengen punya apa? pengen beli apa? atau pengen kuliah di mana? Itu semua tentu bisa kamu dapetin kalo kamu punya uang. Memang sih uang bukan segalanya, tapi tanpa uang segalanya malah jadi susah.
Pertanyaannya sekarang, kenapa sih kita harus berinvestasi? Emang apa untungnya? Apalagi investasi di pasar modal, bukankah sangat beresiko? Sebelum saya jawab pertanyaan itu, coba tengok ke belakang, kamu pasti pernah mendengar pepatah “Menabung pangkal kaya”.
Memang sih, menabung bisa bikin kamu “kaya”. Tapi pepatah itu mungkin lebih cocok diterapkan di zaman orang tua kita dulu. Sekarang zaman sudah berubah, menabung bukan lagi satu-satunya cara untuk kamu bisa sukses secara finansial.
Perlu kamu ketahui, harga barang dan jasa yang kamu konsumsi setiap hari cenderung meningkat setiap tahunnya. Masih ingat kan, bagaimana kenaikan harga BBM memicu kenaikan harga barang lainnya.
Mulai dari sembako, gadget, tarif angkot, sampai biaya pendidikan, semuanya serba naik (terutama tarif angkot, kalo udah naik kayaknya susah banget buat turun, meskipun tarif premium udah turun).
Kenaikan harga yang terjadi secara umum dan berlangsung terus menerus dikenal dengan istilah inflasi. Inilah yang setiap saat bisa menggerogoti daya beli uang kita.
Menabung saja tentu tidak cukup untuk mengalahkan laju inflasi yang besarnya antara 4 sampai 6 persen per tahun. Sekedar informasi, rata-rata bunga tabungan di perbankan hanya sekitar 5 sampai 6 per tahun. Itupun belum dipotong pajak atas bunga dan biaya administrasi yang dibebankan bank kepada nasabahnya. Diperlukan cara lain yang lebih agresif untuk mempertahankan nilai uang kita.
Salah satu cara mempertahankan nilai uang kita atau bahkan mengembangkannya adalah melalui investasi. Banyak pakar keuangan berpendapat bahwa keuntungan dari investasi bisa mengalahkan tingkat inflasi. Investasi sendiri banyak sekali ragamnya, antara lain investasi dalam bentuk emas, properti, surat berharga, dan masih banyak lagi.
Dari sekian banyak bentuk instrumen investasi, surat berharga di pasar modal tentu sangat layak dijadikan salah satu alat untuk berinvestasi. Secara umum ada empat macam surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal antara lain saham, obligasi, derivatif (produk turunan), dan reksadana.
Dari semua instrumen tersebut, saham menjadi instrumen yang paling populer di kalangan para investor.
Saham adalah tanda penyertaan modal atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan. Artinya kalau kamu punya saham sebuah perusahaan, maka kamu dianggap sebagai salah satu owner (pemilik) perusahaan tersebut.
Untuk memperoleh saham, seorang investor harus membelinya dalam satuan lot (100 lembar). Jadi, besarnya uang yang harus disediakan untuk membeli saham tergantung jumlah saham yang kamu beli dan harga saham itu sendiri.
Sebagai pemilik perusahaan, kamu berhak memperoleh bagian laba perusahaan berupa dividen. Setiap perusahaan biasanya membagikan dividen setiap tahunnya (tentu saja kalau perusahaan tersebut memperoleh laba). Besarnya dividen yang kita peroleh tergantung jumlah saham yang kita miliki dan besarnya laba yang dibagikan perusahaan kepada pemegang sahamnya.
Namun demikian, ada juga perusahaan yang tidak membagikan dividen dan lebih memilih untuk menahan labanya untuk kemudian digunakan sebagai tambahan modal perusahaan.
Bagi para Trader saham, dividen merupakan pemanis dalam berinvestasi. Kebanyakan dari mereka tidak terlalu mengejar dividen karena return-nya yang relatif kecil. Besarnya dividen paling tinggi hanya 5% dari harga sahamnya.
Keuntungan lain yang diperoleh kalau kamu berinvestasi saham adalah capital gain. Keuntungan ini diperoleh jika kamu menjual saham pada saat harganya lebih tinggi dibanding harga beli. Sebuah perusahaan yang kinerjanya baik, manajemennya solid, serta fundamental bisnisnya kuat, tentu akan diburu para investor. Hal ini tentu dapat mendongkrak harga sahamnya di kemudian hari. Jika kamu memiliki saham seperti itu dan mengenggamnya dalam waktu yang relatif lama, maka bukan mustahil kamu akan memperoleh capital gain yang sangat tinggi.
Sebagai catatan, saham-saham yang bagus bisa mengalami kenaikan harga lebih dari 20 persen dalam kurun waktu satu tahun. Angka ini jelas melampaui besaran inflasi tahunan. Banyak investor yang telah membuktikan bagaimana pasar modal bisa membuat mereka menjadi begitu kuat secara finansial. Salah satunya adalah Warren Buffet, investor kawakan Amerika, yang pernah menjadi orang terkaya sejagat berkat ketepatan investasinya di pasar modal. Hal ini tentu tidak ia dapatkan dalam waktu singkat. Butuh waktu berpuluh-puluh tahun dan strategi investasi yang akurat untuk bisa menjadikannya seperti saat ini.
Berinvestasi saham bisa sangat menguntungkan, terutama jika kita melakukannya dalam jangka panjang (di atas 3 tahun). Namun ada juga investor yang justru lebih suka berinvestasi dalam jangka pendek. Begitu nilai sahamnya dianggap sudah menguntungkan, ia pun akan segera menjualnya. Investor yang seperti ini (investor jangka pendek) lebih tepat disebut trader.
Seorang trader biasanya akan memperhatikan setiap pergerakan saham setiap harinya, bahkan mungkin setiap jam. Mereka akan mencari momen yang tepat untuk membeli dan kemudian menjual sahamnya lagi. Hal ini mereka lakukan dengan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan.
Pilihan berinvestasi saham dalam jangka pendek memang sangat berisiko. Risiko yang paling mungkin adalah capital loss, yaitu kerugian yang muncul akibat harga jual saham lebih rendah dibanding harga belinya.
Seorang trader yang kurang beruntung, tak jarang menderita capital loss yang besar karena harga saham yang ia pegang turun hingga belasan persen dalam beberapa hari. Hal ini terjadi karena banyak faktor, di antaranya akibat kinerja perusahaan yang buruk atau kondisi perekonomian yang secara umum sedang merosot dan berdampak pada kinerja sahamnya.
Diperlukan lebih dari sekedar kemampuan memprediksi untuk bisa menjadi seorang trader.
Paling tidak ada beberapa kemampuan (skill) yang mesti dikuasai seorang trader di antaranya technical analysis dan fundamental analysis (untuk hal ini akan dibahas di lain waktu).
Di samping itu, seorang investor atau trader juga dituntut untuk berani mengambil risiko, karena karakteristik saham yang “high risk high return“. Jadi, risiko dan keuntungannya memang sepadan.
Nah, membaca penjelasan tadi, apakah kamu mulai terpikir untuk mulai belajar berinvestasi saham? Yang pasti setiap investasi ada risikonya. Risiko tidak mungkin terhindarkan, tetapi kita bisa mengelolanya. Dengan membaca buku, artikel, berita, atau mengikuti seminar tentang saham, kita dapat mempertajam kemampuan kita dan meminimalisir kerugian yang mungkin timbul.
Postingan ini dimodifikasi pada 24 Mei 2015 7:42 am
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar