Masya Allah, Bule pun Kagum Cara Menyembelih Sapi Qurban Dalam Islam
Tata cara penyembelihan sapi qurban (termasuk hewan qurban lainnya) dalam Islam ternyata telah diakui lebih baik oleh orang Barat.
[nextpage title=”Penelitian Penyembelihan Sapi” ]
Melalui serangkaian penelitian ilmiah yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat dan Muslim secara bersama-sama, membuktikan kebenaran tersebut. Ini semakin memperjelas kebenaran dari syariat Allah melalui Rasulullah SAW. Rasulullah pun tak pernah belajar cardiology, tetapi kebenaran sunnah beliau dibuktikan dengan ilmu modern.
Seperti yang kita ketahui, setiap tahun menjelang Idul Adha, umat Islam di berbagai belahan dunia selalu bersiap-siap untuk melaksanakan qurban. Tentu saja, ibadah ritual ini sangat menarik untuk dikaji dan membuat penasaran oleh para peneliti Barat. Bagi kita orang awam dan muslim, hasil penelitian ini akan semakin membuka wawasan tentang kebenaran Islam dan syariatnya sehingga apabila nanti ingin mengkonsumsi daging sapi, diharapkan untuk memilih daging sapi yang telah memenuhi proses penyembelihan sesuai syariat.
Bagi para peneliti, muncul pertanyaan mendasar, apakah proses penyembelihan yang mengikuti tata cara syariat Islam lebih baik daripada tata cara penyembelihan sapi qurban tanpa mengikuti syarit Islam? Manakah tata cara yang lebih sedikit menimbulkan rasa sakit pada sapi qurban, penyembelihan dengan cara Barat (sapi dipingsankan terlebih dahulu) ataukah secara syariat Islam, tanpa proses dipingsankan terlebih dahulu?
Pertanyaan tersebut coba dijawab oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, salah satu universitas terkemuka di Jerman. Kedua staf ahli tersebut yakni Prof.Dr.Schultz dan kolega akademiknya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin serangkaian penelitian yang melibatkan beberapa orang dalam tim terstruktur.
Kedua staf ahli dan tim penelitian tersebut kemudian merancang sebuah penelitian yang canggih dan modern. Penelitian ini melibatkan beberapa kelompok sapi yang dewasa. Penelitian dimulai dengan memasang elektroda (microchip) pada permukaan otak kecil sapi tersebut. Elektroda yang disebut Electro-Encephalograph (EEG) dipasang pada permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit. Ini dilakukan untuk merekam dan mencatat seberapa besar rasa sakit sapi qurban ketika disembelih.
Selain EEG pada permukaan otak, dipasang pula elektroda pada jantung, yakni Electro Cardiograph (ECG). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar dari sapi qurban karena disembelih. Untuk mengurangi risiko error dalam penelitian, sapi-sapi tersebut dibiarkan beradaptasi dengan kedua microchip EEG dan ECG yang terpasang dalam tubuhnya selama beberapa minggu.
Setelah melalui proses adaptasi yang cukup selama beberapa waktu, sekelompok sapi dipisahkan menjadi 2 kelompok besar. Kelompok yang pertama disembelih berdasarkan metode syariat Islam murni, sedangkan kelompok kedua menggunakan metode ala Barat melalui proses dipingsankan terlebih dahulu.
Sapi dalam kelompok pertama (sesuai syariat Islam) disembelih langsung menggunakan pisau yang tajam tanpa dipingsankan. Pisau yang tajam digunakan untuk memotong tiga saluran pada leher bagian depan sapi, yaitu saluran nafas, saluran makanan, dan dua saluran pembuluh darah (vena jugularis dan arteri karotis). Sedangkan kelompok sapi qurban kedua, sebelum disembelih wajib dipingsankan terlebih dahulu.
Selama proses tersebut, kedua microchip EEG dan ECG terus mencatat dan merekam aktivitas otak dan jantung sejak sebelum disembelih (kelompok 1) dan sebelum dipingsankan (kelompok 2) sampai sapi qurban tersebut tak bernafas. Kemudian, apa hasil penelitian tersebut?
[/nextpage]
[nextpage title=”Hasil Penelitian Sapi Qurban” ]
Hasil Penelitian sungguh Menakjubkan!
Kedua staf ahli Hannover University Jerman, Prof.Dr.Schultz dan Dr. Hazim kemudian melaporkan hasil penelitian mereka dan tim. Ada beberapa fakta dan data yang dihasilkan sebagai berikut.
Penyembelihan Sapi Qurban Menurut Syariat Islam
Dari proses penyembelihan kelompok sapi 1, menunjukkan beberapa fakta berikut ini.
Pertama
Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua
Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga
Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat
Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Sapi Qurban dengan Cara Barat
Pertama
Segera setelah dilakukan proses stunning (dipingsankan terlebih dahulu), sapi terhuyung jatuh. Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi qurban dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih melalui tata cara syariat Islam.
Kedua
Segera setelah proses dipingsankan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Ketiga
Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa pada sapi qurban, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat
Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
So, kebenaran tentang syariat Islam melalui proses penyembelihan sapi qurban kini telah dapat dibuktikan lebih baik dan tak menimbulkan rasa sakit. Daging sapi qurban yang tidak disembelih secara Islami, terbukti secara ilmiah tidak sehat karena terdapat timbunan darah beku sebagai sarang bakteri. Sebagai muslim, tentu saja kita kini bisa dengan tegas apakah daging sapi yang dikonsumsi sudah disembelih secara Islami atau tidak.
Referensi: blog.act.id
[/nextpage]