Pertumbuhan dan perkembangan anak, bukan seperti memasang lego warna warni. Di sambung kiri kanan dan … jreng …. jadilah rumah-rumahan, mungil, lucu dan menarik. Cepat dibuatnya, tidak sulit dan juga menarik. Tapi ia rentan hancur, dan kehilangan fungsi sebagai rumah yang bisa dijadikan tempat bernaung.
Pertumbuhan dan perkembangan anak, lebih seperti membangun sebuah rumah. Kita perlu membuat disain terlebih dahulu berdasarkan gambaran ideal yang kita miliki. Tanah perlu digali untuk membuat fondasi. Kemudian kita membuat tiang-tiang. Perlahan dan penuh kesabaran kita memasang batubata satu persatu, merekatkan dengan semen untuk membuat tembok. KIta juga membuat atapnya dari rangka yang kuat, dst.
Semuanya membutuhkan proses yang lama dan menuntut kesabaran. Itu semua belum termasuk ketika ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, misalnya, ternyata kita kekurangan bahan, ternyata struktur tanahnya tidak sesuai dengan disain yang akan kita bangun, ternyata tukangnya sakit, dst. sementara pembangunan tetap harus berjalan terus.
Intinya dapat disimpulkan bahwa untuk mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak, maka kita perlu memiliki tujuan besar yang jelas. Dan perlu menyusun perencanaan yang detail dan fokus pada hal-hal prioritas pada setiap tahapan usia.
Ada paling tidak 11 aspek yang semuanya perlu dikembangkan pada anak. Bila salah satu aspek lebih cepat atau lebih lambat perkembangannya dari yang lain maka akan terjadi ketidak-seimbangan dan yang paling terpengaruh terlebih dahulu oleh ketidak-seimbangan ini biasanya adalah aspek emosi. Di sinilah kerap muncul keluhan dari para orangtua yang juga menjadi terpengaruh emosinya oleh anaknya. Saya menyebutnya “ongkos emosi”. Ongkos emosi itu bisa berupa marah, kecewa, sedih, stress, cemas, takut, minder, unmotivated, dll.
Cepat atau lambat nya aspek perkembangan anak, bisa disebabkan karena faktor bawaan, misalnya, anak yang memiliki perbendaharaan kata, nama, doa yang jauh lebih banyak dari teman-temannya bisa disebabkan karena ia memang memiliki daya tangkap dan daya ingat yang lebih cepat, jauh di atas usianya. Atau bisa juga disebabkan karena latihan dan pembelajaran yang intensif.
Sebaliknya, ada anak yang mengalami keterlambatan bicara karena ia memiliki gangguan fungsi organ bicara, atau karena orang-orang di lingkungannya kurang memberikan stimulasi bicara, sehingga ia kurang terdorong untuk berbicara.
Apapun kondisinya, kebijaksanaan dan penerimaan orangtua terhadap anak sangat dibutuhkan untuk melihat anak dengan kekuatan dan kelemahannya. Kekuatannya menjadi resource dan kelemahannya menjadi tantangan untuk mencari strategi pembelajaran yang berbeda.
Anak perlu sehat sehingga dapat melakukan aktifitasnya dengan senang dan bersemangat. Bahasan tentang kesehatan, berat dan tinggi badan, penyakit, dll. Orangtua lebih banyak merujuk pada dokter untuk aspek ini.
Anak perlu bergerak, baik secara keseluruhan (motorik kasar), seperti berlari, loncat, berjalan, merangkak, menendang maupun melakukan koordinasi visual motorik (motorik halus), seperti menulis, menggunting, menggambar, menjahit, meronce, dll.
Anak perlu belajar untuk melakukan pengelolaan emosi. Mulai dari mengenali emosinya, memberi nama, melakukan penyaluran dan pengendalian pada waktu dan cara yang sesuai.
Anak perlu belajar untuk mengkomunikasikan dengan jelas pikiran dan perasaan nya, sehingga orang lain mengerti apa yang ia sampaikan.
Pada akhirnya, kemampuan ini dibutuhkan untuk penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Namun sebelum itu ia perlu belajar memahami, mengingat, menganalisis dan mengantisipasi terlebih dahulu.
Pada masa dewasa, anak akan bergaul dan berinteraksi dengan beragam orang. Maka saat kecil ia mulai belajar memahami diri, memahami orang lain, berinteraksi dengan teman sebaya, berinteraksi dalam kelompok kecil. dst.
Semua tujuan pembelajaran pada anak dilakukan dengan bermain yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan. Maka orangtua perlu mencari strategi pencapaian tujuan dengan cara bermain.
Anak adalah gudangnya kreativitas. Otak anak masih plastis (fleksibel) dan ini adalah kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan berbagai situasi. Alih-alih terpelihara dan berkembang, pendidikan dan pola asuh lebih sering membuat potensi ini hilang. Sebetulnya aspek perkembangan anak yang satu ini adalah bagian dari aspek kognitif, namun karena begitu penting nya pada masa anak hingga dibahas tersendiri.
Anak perlu memahami benar salah, baik buruk dengan pemahaman yang baik bukan karena dogmatis. Aspek ini juga berbicara tentang penanaman value hingga ia dapat menerapkan nya dengan bijaksana di kemudian hari.
Ada hal yang konkrit dan ada yang abstrak serta transcenden. Anak pada satu titik akan sampai pada hal-hal ini, dan orangtua perlu menyiapkan diri untuk membicarakan mengenai konsep-konsep tentang Tuhan, Malaikat, Nabi, penciptaan alam, dsb. Mengajarkan ritual ibadah (saja) tidak serta merta mencerminkan pemahaman religius.
Marak dan meningkatnya kasus kekerasan seksual pada anak-anak ditengarai karena aspek ini tidak menjadi perhatian memadai oleh orangtua, guru dan masyarakat. Kecanggungan dan menganggapnya tabu masih menjadi kendala untuk membicarakan hal ini dengan anak secara lugas. Aspek ini adalah aspek yang paling diabaikan (secara sadar) oleh orang dewasa. Dan sekarang kita melihat akibat pengabaian ini dari maraknya kasus kekerasan seksual, pornografi dan LGBT.
Setiap aspek perkembangan anak ini memiliki waktu dan target pencapaian yang berbeda untuk setiap tahapan usia. Saya mengkritisi beberapa aspek yang didahulukan/diprioritaskan oleh orangtua, sementara aspek lain yang seharusnya sudah dicapai pada tahap usia itu justru belum dicapai dan malah terabaikan.
Bagaimanapun, saya tahu, bahwa kita semua menginginkan perkembangan anak kita tumbuh dengan “BAIK”.
Ditulis oleh: Bunda Yeti Widiati S. 260815 dari akun pribadi Facebook beliau dengan beberapa perubahan redaksional
Postingan ini dimodifikasi pada 23 September 2015 9:20 am
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar