Pendidikan Finansial Untuk Anak: Kebiasaan Uang Jajan
Ada banyak aspek penting dalam pendidikan anak yang perlu dicermati, salah satunya pendidikan finansial untuk anak, dalam konteks membiasakan jajan anak. Bagaimana cara memberikan pendidikan finansial untuk anak yang baik?
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam urusan pendidikan anak ini. Keuangan salah satunya. Karena ini terkait juga bagaimana masa depan anak kita menyangkut masalah finansial.
Pendidikan finansial untuk anak adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan keuangan keluarga yang bijak.
Pembahasan lebih spesifik tentang pendidikan finansial untuk anak dalam hal kebiasaan jajan anak dibahas oleh salah satu Trainer Parenting, Teh Patra berikut ini.
Banyak ibu mengeluhkan kebiasaan jajan anak-anaknya. Ada kalanya si anak mengancam kalau tidak diberi jajan. Kadang dia menangis heboh, emosi, bahkan bergulingan di mall. Daripada malu, si ibu pun mengalah dan memberi jajan pada anaknya.
Saya sendiri tidak menerapkan kebijakan uang jajan untuk anak-anak. Tidak ada jatah jajan saat anak-anak kecil, karena saya tidak ingin membiasakan mereka jajan.
“Sejak kapan anak dibiasakan tidak jajan?” Ya..sebetulnya tidak ada anak yang terlahir dalam keadaan suka jajan kan.
Justru orangtua lah yang memperkenalkan konsep jajan pada anak-anak hingga mereka terbiasa. Setelah mereka terbiasa jajan, orangtua juga yang kerepotan karena setiap hari harus menyediakan uang jajan.
Biasanya, ibu menjadikan jajan sebagai senjata ampuh saat anak mulai rewel. Padahal anak rewel mungkin karena ada keinginan tertentu.
Tapi demi menghentikan kerewelan secara instan, orangtua terutama ibu langsung saja mengiming-imingi jajan agar anak berhenti menangis.
Kadang ibu juga membiasakan anak jajan saat membawanya ke suatu acara, agar anak tidak mengganggu di acara tersebut. Atau ibu memberi uang jajan saat ada tamu agar anak tidak mengganggu saat orangtua menerima tamu.
Akibatnya, anak jadi suka jajan. Anak pun terbiasa memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mendapat jajan. Kalau sudah begini, orangtua juga yang repot.
Seorang buruh cuci mengaku terpaksa bekerja agar bisa memberi uang jajan untuk anaknya. Seorang ayah harus mencari pekerjaan sambilan demi jajan anaknya. Keluarga jadi tidak bisa menabung karena anak harus jajan.
Padahal jajan itu bukan kebutuhan anak. Banyak orang tua beralasan kasihan kalau anak tidak diberi jajan. Padahal lebih kasihan lagi kalau anak terbiasa jajan.
Kasihan anak yang tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginannya. Kasihan anak yang tidak terbiasa berjuang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Kasihan anak kalau harus selalu meminta-minta pada orangtua. Kasihan anak kalau terus menerus tergantung pada orang lain.
Orang tua mungkin beralasan sayang pada anak. Padahal rasa sayang pada anak seharusnya dibuktikan dengan memberikan pendidikan dan ajaran yang baik, agar mereka hidup efisien, hemat, mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.
Bukan berarti kita tidak boleh memberi uang pada anak-anak. Uang bisa kita berikan sebagai hadiah atas prestasi yang mereka raih atau upah atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Tapi memberikan uang jajan harian tentu tidak harus dilakukan, karena hari berganti bukan hasil karya mereka. Pergantian hari bukan prestasi mereka. Tidak perlu mereka mendapat hadiah karena pergantian hari.
Jika anak-anak masih kecil, usahakan untuk tidak membiasakan mereka jajan. Jika anak terlanjur terbiasa mendapatkan uang jajan, berikan pemahaman untuk belajar menabung, berinfaq, dan menggunakan uang itu untuk hal yang lebih bermanfaat.