Menurut data kementerian Agama, orang menikah pada tahun 2013 tercatat 2.218.130. Sedangkan kasus perceraian mencapat 324.527. sebagian besar kasus perceraian itu terjadi atas gugatan istri (Republika 15/11/14). Dari kutipan tersebut bisa jadi ada hal-hal yang tak terduga yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perceraian. baik disadari maupun tidak disadari. Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “bukan golongan kami orang yang merusak (hubungan) perempuan atas suaminya.”
Orang tua yang dengan dalih sayang pada anak kadangkala terlalu jauh turut campur tangan dalam rumah tangga anak-anaknya hingga melakukan intervensi, termasuk dalam hal-hal kecil dan teknis. Ada orang tua yang karena menantunya tidak bisa menyenangkan anaknya, maka sang anak didorong untuk menuntut cerai terhadap suaminya. Ada pula orang tua yang tidak sudi bila anaknya harus ikut ke suami ke tempat jauh. Yang pada akhirnya berakhir dengan perceraian. Oleh karena itu, orang tua yang baik harus membimbing, mengawasi dan menasehati agar jangan sampai hal seperti ini merusak hubungan cinta.
Ketika anggota keluarga yang sudah berumah tangga hidup “kurang beruntung,” kadangkala membuat orang merasa kasihan, apabila dilanda konflik antara suami dan istri. membantu memberikan solusi atas kesulitan hidup seharusnya dilakukan. Namun, seringkali terjadi saudara atau ipar justru memperkeruh suasana, memanas-manasi agar bercerai saja, apalagi sambil mengatakan masih banyak wanita lain atau pria lain. Karena sering sekali mendengar kalimat seperti itu, dorongan untuk bercerai semakin kuat. Kalau dibiarkan hubungan cinta bisa kacau balau. Oleh karena itu, sebagai anggota keluarga seharusnya membantu memecahkan, bukan mendorongnya untuk meninggalkan pasangan.
Seorang guru spirtual atau konsultan sering dimintai persoalan suami istri. Memberikan pendapat dan bimbingan yang bijak agar suami istri tetap memiliki hubungan dan ikatan yang kokoh harus diusahakan. Jangan sampai karena ada maksud tersembunyi, malah mendorong ke jurang perceraian dan menggantikan posisi di keluarga. Jadi berhati-hatilah memilih penasehat cinta.
Masa berpacaraan saat remaja seringkali menjadi kenangan tersendiri. Meskipun tidak berujung pada pernikahan. Putus cinta bisa terjadi tanpa sebab yang prinsip, lalu seseorang pun akhirnya menikah dengan orang lain. Inilah yang seringkali disebut dengan mantan pacar. Suatu ketika komunikasi akan terjadi lagi, apalagi di zaman serba komunikasi. Perjalanan rumah tangga yang tidak harmonis, menyebabkan benih-benih cinta muncul kembali. Jika ini dibiarkan, maka akan mengarah konflik dan perceraian.
Adakala saat perjalanan rumah tangga berjalan, muncul “tokoh” dalam kehidupan. Mungkin saja dia memiliki penghasilan yang lebih besar atau fisik yang lebih baik. Hal ini termasuk kategori pihak ketiga dan bepotensi memecah hubungan rumah tangga. Jadi tetaplah kita mencintai apa adanya suami / istri kita tanpa perlu membanding-bandingkan.
Ketika seorang suami menikah lagi dengan berpoligami, seringkali istri pertama tidak setuju dan keberatan dan menuntut adanya perceraian. Dari sini, seringkali terjadi konflik segitiga antara suami, istri tua dan calon istri. Oleh karena itu diperlukan komunikasi secara terbuka dan penyiapan pemahaman dan mental keluarga dalam masalah ini.
Postingan ini dimodifikasi pada 9 November 2015 1:59 pm
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar