Eh,,Intip yuk Nuansa Ramadhan dari Berbagai Negara di Dunia!
Ramadhan memang bulan yang sangat dinanti-nanti bagi seluruh umat Muslim di berbagai belahan dunia. Di bulan ini, pintu ampunan terbuka lebar, barokah bertebaran, semua Muslim berlomba-lomba untuk berbagi kebaikan. Nuansa Ramadhan di negara mayoritas muslim, Indonesia, pun tak kalah semarak. Ramadhan tidak hanya terkait dengan ibadah, tetapi juga budaya yang telah ada secara turun temurun.
Kalo nuansa Ramadhan di luar negara kita gimana ya? Sama kayak di Indonesia gak? Kondisinya tentu pasti berbeda, terutama di negara yang memang umat Islam minoritas, tidak seperti di Indonesia. Umat Islam yang menjalankan ibadah puasa di bulan penuh berkah ini tentu harus beradaptasi dengan lingkungan dan berbagai budaya di setiap negara. Mau tau serunya Ramadhan di berbagai negara di dunia? Yuk intip dulu nuansanya lewat tulisan berikut, siapa tau nanti kamu bisa merasakan langsung Ramadhan di negara lain.
#1 Ramadhan di negeri Paman Sam, Amerika Serikat
Sahur ala Muslim Amerika Serikat dalam tema-islam.blogspot.com
Mualaf Amerika Serikat sedang berbuka puasa dalam islamislogic.wordpress.com
Negara Amerika Serikat memang sebuah negara dengan berbagai kebudayaan dari banyak negara. Di AS, banyak komunitas / grup dari berbagai agama, budaya, negara, yang beragam satu sama lain, termasuk umat Islam. Keberadaan umat Islam di AS terus berkembang dari tahun ke tahun. Banyaknya pelajar yang datang untuk menuntut ilmu serta imigran negara muslim seperti dari Turki, Pakistan, Irak, Iran, Indonesia, Uzbek, dll, untuk tinggal dan menjadi penduduk negara AS. Tentu saja, keberadaan mereka mewarnai kehidupan masyarakat AS yang beragam tersebut. Tidak mudah untuk menunjukkan simbol keagamaan, apalagi budaya dan ritual ibadah umat Islam, di negara yang mayoritas non-muslim tersebut. Lalu bagaimana nuansa Ramadhan di Amerika Serikat?
Salah satu pengalaman wanita warga Indonesia yang tinggal di Golden, Colorado, Mirna Matjik, menceritakan kisahnya. Menjadi muslimah di Amerika memang gampang-gampang sulit. Sulitnya kita tidak bisa terlalu “memaksakan” identitas, budaya, ritual kita sebagai umat Islam untuk diterima di lingkungan masyarakat AS. Tetapi, tetap ada jalan jika ada kemauan. Justru dia mengenakan jilbab ketika di AS. Dia merasa lebih menemukan tentang makna Islam di AS. Walaupun, dalam melaksanakan ibadah seperti sholat, puasa, tarawih, tidak seperti suasana di Indonesia.
Dia bisa melakukan sholat tarawih di masjid komunitas Islam yang letaknya lumayan jauh dari tempat dia tinggal. Puasa pun dia harus mendisiplinkan diri untuk bangun sahur lebih awal, tidak ada yang teriak-teriak sahur seperti di Indonesia. Terkadang durasi waktu berpuasa pun lebih lama dari Indonesia. Demikian juga dengan Chessy Rolanda Azwar, pelajar Colorado School of Mines, mengatakan ia belajar untuk lebih kreatif menciptakan suasana Ramadhan di rumahnya. Dengan adanya teknologi internet, ia mengunduh layanan musik rohani yang dapat mengingatkannya pada jam-jam sholat, sahur serta berbuka puasa.
Berbeda lagi dengan yang dilakukan komunitas muslim Turki di Amerika Serikat, terutama di Washington DC. Biasanya mereka lebih menyemarakkan suasana Ramadhan di AS dengan menggelar acara-acara sederhana, seperti tenda Ramadhan. Salah satunya adalah seperti yang terjadi di sudut di perempatan jalan Old Lee Highway, di kota Fairfax, sebuah tenda putih berukuran kira-kira 15 meter x 15 meter, berdiri di atas lahan yang luas.
Di dalamnya terdapat puluhan meja makan yang sangat panjang, yang bisa menampung ratusan orang. Sementara di luar tenda, dua gubuk makanan dipenuhi dengan makanan khas Turki. Puluhan orang mengantri untuk mengambil makanan yang dihidangkan secara gratis itu. Sementara anak-anak kecil, berebut mendapatkan gulali yang juga dibagikan secara cuma-cuma. Begitu adzan maghrib berkumandang, ratusan pengunjung yang hadir lantas berbuka puasa bersama.
#2 Nuansa Ramadhan di negara Spanyol
Solidaritas Ramadhan di Masjid M-30 Spanyol dalam tajuk.co
Nuansa Ramadhan sedikit berbeda di salah negara yang dahulunya adalah benteng Muslim Andalusia. Ramadhan lebih terasa di negara Spanyol bagian selatan terutama daerah bernama Baizin, di Granada. Di wilayah ini, kamu bisa merasakan nuansa Islam yang kental, seperti kota di Damaskus, Suriah atau Casablanca di Maroko. Kalo kamu berjalan-jalan keliling kota di daerah ini, kamu akan banyak menemukan muslimah bercadar, kue-kue Ramadhan, musik religi Islam, serta buku-buku tentang Islam. Selain itu, di sini kamu juga bisa menemukan banyak restoran halal, karena sebagian besar memang dimiliki oleh imigran muslim asal Maroko, melayani orang-orang yang berpuasa. Restoran tersebut pun tetap buka waktu dini hari, untuk melayani konsumen yang hendak sahur.
Selain di Baizin, ada juga wilayah yang kental dengan suasana keIslaman di bulan Ramadhan, yakni di Marbella. Kota yang disebut sebagai “Kota Impian” ini juga dikenal ramah dengan nuansa Ramadhan. Di Marbella, ada sebuah masjid besar yang menjadi pusat aktivitas umat Islam disana, terutama akan ramai ketika bulan Ramadhan tiba. Selama bulan Ramadhan, masjid ini banyak membagikan makanan kepada fakir miskin.
Sedikit berbeda dengan wilayauh utara Spanyol, seperti Madrid atau Barcelona. Semangat Ramadhan belum kental di wilayah ini. Pusat kegiatan hanya berkisar di masjid dan musholla kecil. Jarang sekali ditemukan restoran Muslim, atau musik-musik religi, bahkan wanita berjilbab pun sulit ditemukan. Di kota Catalonia, Muslim disana pun kesulitan ketika harus menjalankan ibadah sholat tarawih, karena minimnya fasilitas masjid dan musholla di kota tersebut.
#3 Semarak Ramadhan di negara Jerman
Pengkajian Ramadhan oleh PPI Jerman dalam netsains.net
Bukber di Jerman dalam www.dw.de
Momentun Ramadhan sangat ditunggu-tunggu bagi muslim yang tinggal di Jerman. Di Jerman, penduduk muslim diperkiran sekitar 4 juta, dari total sekitar 90 juta warga Jerman. Mayoritas muslim Jerman tinggal di Kota Berlin dan Hamburg. Di dua kota besar tersebut, nuansa Islam sangat terasa. Banyak muslimah yang berjilbab dan bercadar ditemukan di 2 kota tersebut. Banyak aktivitas selama Ramadhan berpusat di Islamic Center, aula, masjid, yang tersebar di berbagai wilayah di Jerman.
Hal unik ketika Ramadhan jatuh pada musim panas di Jerman. Durasi puasa lebih panjang daripada musim-musim lainnya, sekitar 15 jam. Banyak muslim ketika di musim panas di Jerman, harus sudah mulai sahur sekitar pukul 2.30 dini hari, dan baru berbuka sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Dengan panjangnya durasi puasa, mereka mensiasati dengan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan agar tubuh mereka tetap segar dan fit.
Kebanyakan masjid di Jerman adalah masjid dengan corak budaya Arab dan Turki, karena memang banyak imigran muslim berasal dari sana. Kebanyakan masjid-masjid tersebut menyediakan menu ifthar bagi muslim yang berpuasa. Tapi terkadang, beberapa masjid hanya menyediakan menu ifthar di akhir pekan saja. Jika tidak sempat menikmati hidangan buka puasa di masjid, kamu bisa datang ke beberapa restoran Asia di Berlin. Restoran-restoran ini banyak yang menyajikan menu halal.
Di Berlin, Jerman juga ada salah satu masjid yang didirikan oleh muslim asal Indonesia, yakni masjid Al Falah. Ketika Ramadhan tiba, pengurus masjid mulai menyiapkan diri dengan menghiasi masjid dengan pernak-pernik Ramadhan, juga lampu-lampu yang khas. Pengurus masjid Al Falah, Berlin juga menyiapkan berbagai acara yang bisa dinikmati semua kalangan.
Keberadaan masjid yang tidak merata di seluruh wilayah Jerman, membuat umat muslim tidak bisa semuanya melakukan sholat tarawih di masjid. Sebagian lebih memilih untuk melaksanakan sholat tarawih bersama keluarga di rumah. Masjid juga tidak memberikan himbauan sahur seperti di masjid-masjid di Indonesia. Umat muslim Jerman harus bisa mandiri untuk mengatur jadwal sahur.
#4 Indahnya Ramadhan di Inggris
Suasana berbuka puasa di London Muslim Centre dalam www.7cgen.com
Bazar Ramadhan di Inggris dalam greetingsfromengland.wordpress.com
Momen Ramadhan di Inggris, adalah momen yang juga banyak yang menantinya, terutama umat Islam imigran Inggris. Inggris lebih dikenal terbuka dengan keberadaan Islam. Pusat kegiatan muslim-muslimah di Inggris berada di Islamic Center, masjid, aula terutama di kota London. Studi tentang Islam, sudah masuk ke kurikulum pendidikan di Inggris. Sehingga lebih memudahkan dakwah tentang Islam.
Peningkatan jumlah muslim di Inggris pun naik secara cepat dalam beberapa tahun terakhir ini. Para mualaf ini banyak mendapatkan hidayah dari pusat studi Islam yang tersebar di berbagai wilayah di Inggris. Lalu bagaimana dengan suasana Ramadhan di Inggris?
Tidak jauh berbeda dengan negara Jerman, kemeriahan Ramadhan tampak di masjid, gedung, aula yang digerakkan oleh komunitas muslim dari berbagai negara Islam yang telah menjadi warga negara Inggris. Mereka melaksanakan sholat tarawih di masjid / gedung / pusat studi tersebut, seperti di London Muslim Centre. Banyak yang juga menyediakan hidangan berbuka bagi yang berpuasa.
Yang menarik dari nuansa Ramadhan di Inggris, adalah durasi berpuasanya di musim panas. Di Inggris, muslim bisa berpuasa hingga 19 jam lamanya, apalagi di tahun 2015. Waktu Imsak jatuh pukul 02.40, sedangkan waktu Maghrib pukul 21.30 waktu setempat. Waktu puasa yang sangat lama ini membuat muslim/muslimah yang berpuasa memang diuji keimanan dan ketahanan tubuhnya. Bahkan, banyak fatwa ulama yang memperbolehkan untuk memperpendek waktu berpuasa, walaupun fatwa ini masih jadi pro kontra.
Sahur pun setiap keluarga muslim harus disiplin untuk mengingatkan diri sendiri. Karena tidak ada speaker masjid yang dengan kencang memperingatkan muslim untuk sahur. Di Inggris, banyak diadakan bazar Ramadhan yang diselenggarakan oleh komunitas muslim disana. Banyak makanan atau minuman yang dijual bahkan dibagikan gratis dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
#5 Ujian Keimanan saat Ramadhan di Norwegia
Sumber Gambar: www.voa-islam.com
Sama seperti di Inggris, ujian umat muslim di Norwegia sangat terasa ketika berpuasa terutama di musim panas. Di negeri Viking ini, durasi waktu berpuasa bisa mencapai 20-21 jam lho! Subhanallah…Sungguh luar biasa ujian keimanan umat Muslim Norwegia ketika berpuasa. Hal ini disebabkan karena waktu siang yang lebih lama dibandingkan di daerah lainnya. Ini berarti, hampir sepanjang hari matahari akan tetap di langit Norwegia dan dipastikan hanya sedikit sekali waktu antara berbuka puasa dan sahur.
Kondisi ini tidak menyurutkan semangat muslim di Norwegia tetap melaksanakan ibadah puasa. Warga Muslim di Norwegia tetap melaksanakan aktivitas Ramadhan seperti biasa dan masjid-masjid yang ada di Stavanger dan Sandnes melaksanakan sembahyang tarawih dengan 1 juzz tiap 1 malam.
Bukan hanya tantangan rangkaian waktu di atas yang terbilang singkat, pada musim panas suhu udara juga naik menjadi sekitar 25-31 derajat Celsius di siang hari. Hal ini mengakibatkan tenggorokan menjadi sangat kering karena suhu udara yang tidak lembab. Tentu saja waktu siang yang panjang pun menjadi tantangan luar biasa untuk menunaikan ibadah puasa dengan baik.
#6 Kerukunan beragama terasa saat Ramadhan di Bulgaria
Sumber Gambar: bidadariazzam.blogspot.com
Umat Islam di Bulgaria, menurut data statistik, lebih dari 15% dari 8 juta penduduk Bulgaria. Mayoritas muslim Bulgaria berasal dari keturunan etnis Turki dari zaman Kekaisaran Ottoman di Eropa. Umat Islam Bulgaria hidup berdampingan dengan umat Kristen yang menjadi mayoritas di Bulgaria. Toleransi umat beragama mulai terbentuk antara Islam dan Kristen di Bulgaria sangat terasa terutama saat Ramadhan tiba. Momen Ramadhan dijadikan sarana silaturahmi dengan warga non-muslim di Bulrgaria. Walaupun beberapa tahun terakhir ini, umat Muslim Bulgaria mengalami diskriminasi, mereka tetap menjalankan ibadah Ramadhan sebaik-baiknya.
Islam dan Kristen sering merayakan festival keagamaan bersama-sama di negara ini. Stanka Miteva, salah satu warga Bulgaria beragama Kristen ikut menghadiri berbuka puasa dengan teman-teman Muslimnya. Di propinsi Menstan, Bulgaria seringkali diadakan buka puasa bersama yang dihadiri umat Kristen. Umat muslim pun tetap khusyuk melaksanakan ibadah lainnya, seperti sholat tarawih, baca Al Quran di masjid-masjid.