Ibu-ibu kalau sudah kumpul, apa sih yang dibicarakan selain bergosip? Saya sebal sekali dengan tudingan ini. Karena sebagai ibu (muda), saya sendiri melihat komunitas kami jauh dari bergosip. Yang kami bicarakan, kalau tidak seputar anak, masakan, adalah cara mengatur keuangan.
Poin terakhir inilah yang membuat saya beberapa waktu lalu digoblok-goblokkan oleh kawan saya, sesama ibu.
“Ga pernah.” Jawab saya serius.
“Jadi kalau mau beli-beli baju, jilbab, ngirim uang buat orangtua, kamu uang darimana?” tanyanya lagi. Riuh
“Ya pake uang bersama. Kami tidak ada istilah uangku dan uangmu,” jelas saya. Gantian heran. Adakah yang salah?
“Bu..jadi istri jangan sebodoh itu lah..kita harus pintar nyimpan uang sendiri. Kalau ada apa-apa, kita ga usah minta suami. Kan belum tentu juga dikasih. Kalau pun dikasih, kan ga enak kalo mau minta lebih..”
“Berapa kamu menyisihkan uang?” tanya saya, mulai tertarik..
“Yaa..paling tidak seminggu lima ratus ribu laah..”
Dan kawan saya ini dengan senang hati memberi tips agar uang belanja yang diberi suami bisa “sisa” untuk kemudian disimpannya sendiri.
Ada lagi ibu lain, masih seusia saya. Mengeluh tentang suaminya yang selalu mepet tiap memberi uang belanja. Dia merasa tidak punya cukup kelonggaran untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
“Belanja bulanan semua dia. Duit sekolah anak-anak tidak pernah telat. Kebutuhan rumah tangga aman lah.. tapi kan kita sebagai istri butuh beli lipstick..”
Saya manggut-manggut. Ingat lipstick murahan yang saya beli dua tahun lalu, yang baru saja pensiun karena dipatahkan si bungsu.
“Ya sudah pinter-pinternya aku aja yang nyimpen duit. Kalau gak gitu kita jadi istri kan sungkan minta-minta mulu..”
Duh, hati saya tercabik. Istri yang pengorbanannya tidak ternilai, harus merasa sungkan untuk sekadar “uang lipstick”. Dia melahirkan dan merawat anak suaminya. Guru bagi anak-anaknya. Kok sampai harus menyimpan uang belanja diam-diam. Bahasa kasarnya, mungkin menilep.
Sebenarnya bagaimana sih pakem menafkahi yang benar menurut ajaran Islam? Saya tidak berani menjawab soal ini. Semoga ada yang berkenan menjawab, lalu menyertakan dalil yang tepat.
Dari obrolan kami itu, saya menyimpulkan ada 6 keumuman suami dalam menafkahi istri:
Dalam benak saya, berdesak-desakan suara nyaring; suami berkewajiban menafkahi istri; Benar. Suami menanggung seluruh kebutuhan rumah tangga; Setuju dan itu memang tanggung jawabnya.
Tetapi, istri juga selayaknya dapat “jatah nafkah” yang pasti dari suami. Di luar urusan rumahtangganya. Hingga tilep menilep dalam satu ranjang ini tidak perlu terjadi.
Dan obrolan pun berakhir karena kami ingat pekerjaan masing-masing yang menanti di rumah.
Saat hendak berpamitan, seorang kawan muslimah menggamit lengan saya dan berbisik “psst..kalau kamu mau nyimpan uang untukmu sendiri, kamu siap juga nggak kalau suamimu punya uang sendiri yang entah untuk apa?”
Sumber Tulisan:
Wulan Darmanto dalam akun Facebook pribadi beliau.
Postingan ini dimodifikasi pada 19 November 2015 9:24 am
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar