Istriku, Jika Saja Aku Memegang Kunci Surga, Sudah Kuberikan Kepadamu
Istriku, terima kasih.. Jika saja aku memegang kunci surga tentu sudah kuberikan kepadamu.
*******
[nextpage title=”Menjemput Kunci Surga” ]
Sahabat, beruntunglah kita sebagai seorang istri. Terdapat amal-amal istimewa yang Allah persiapkan untuk kita jalankan sebagai seorang istri. Amal yang tak perlu waktu khusus, tenaga besar maupun dana yang melimpah. Banyak sekali peluang pahala untuk kita menggapainya.
Namun mengarungi biduk pernikahan tentu tak selalu mulus. Diperlukan banyak bekal, energi dan suplemen untuk me-recharge semangat dan ruhiyah kita. Setidaknya ada dua hal yang dapat kita lakukan agar kita menjadi istri dan ibu yang tangguh. Bekal yang pertama adalah sebelum menikah, yaitu dengan menakar ekspektasi dan realitas. Bekal yang kedua adalah setelah menikah. Cinta tanpa syarat dan penghormatan tanpa syarat. Keduanya harus senantiasa kita wujudkan. Meski bukan hal yang mudah, tapi In syaa Allah bisa kita realisasikan.
❤ Before Married: Menakar Ekspektasi & Realitas
Kebanyakan perempuan tumbuh bersama dongeng akan hadirnya sang pangeran yang akan menghapuskan segala kesedihan dan menghadirkan kebahagiaan. Mengubah dunia menjadi surga. Hati sang gadis memiliki sebuah ruang istimewa untuk diisi oleh sang pangeran. Ruang ini tetap kosong dan ada rasa yang hilang jika sang pangeran belum datang.
Ketahuilah sahabat, dongeng ini menumbuhkan ekspektasi berlebihan tentang calon pasangan hidup dan kehidupan setelah menikah. Dalam dongeng, sang putri dikisahkan hidup bahagia selamanya setelah menikah. Tidak pernah diceritakan bahwa perjuangan sesungguhnya justru dimulai setelah menikah. Banyak hal yang harus diselaraskan antara dua hati, meski saling mencintai. Ada kebiasaan yang harus dimaklumi, karena keduanya berasal dari keluarga yang berbeda. Serta banyak pernak pernik kerumahtanggaan yang tidak diceritakan dalam dongeng putri dan pangerannya. Namun itulah kenyataan yang harus dihadapi nantinya oleh sang calon pengantin. Perjuangan ini ada di dunia nyata, dan dunia ini tidaklah sempurna.
Begitulah, karena ekspektasi yang tinggi dan rendahnya pemahaman akan realitas yang ada membuat sang putri merasa masih ada ruang yang kosong di hatinya, sekalipun pendamping hidup sudah datang. Ruang kosong itu akan terisi penuh, hanya ketika diisi oleh kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang hanya bisa didapatkan ketika hati diisi oleh kecintaan pada Allah saja. Karena Allah lah sumber kebahagiaan dan penentram jiwa.
Oleh karenanya wahai putri sang calon pengantin, isilah hati dengan rasa cinta kepada Allah dan ikhtiar untuk semakin dekat kepada-Nya. Kondisi hati seperti ini, in syaa Allah akan membuat sahabat lebih siap menghadapi warna-warni pernikahan. Karena ketika hati diisi dengan cinta kepada-Nya, maka menikah hanya akan menjadi salah satu jalan meraih ridho Allah. Jiwa pun akan lebih siap menerima semua kelebihan dan kekurangan sang pangeran, sehingga in syaa Allah jiwa akan merasa lebih tenang dan tentram menjalani kehidupan setelah menikah, karena senantiasa ingat pada Allah SWT.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28)
❤ After Married: Cinta & Penghormatan Tanpa Syarat
Keperluan utama seorang perempuan adalah untuk merasa dicintai. Perempuan yang penuh cinta dan kelembutan akan membuat suasana rumah menjadi hangat. Tidaklah sulit baginya mewujudkan cinta tanpa syarat (unconditional love), karena secara fitrah perempuan mudah mencurahkan kasih sayangnya kepada suami atau anak-anaknya.
Namun ternyata, bagi laki-laki hal yang lebih utama adalah rasa hormat. Jika seorang laki-laki merasa dihormati maka akan mudah baginya mencurahkan kasih sayang. Oleh karena itu kata kunci bagi seorang istri dalam berinteraksi dengan suaminya adalah rasa hormat tanpa syarat (unconditional respect). Apa bisa ya?
Kebanyakan konflik terjadi saat seorang istri merasa tidak dicintai lalu ia mengurangi rasa hormat kepada suaminya. Sementara suami yang merasa tidak dihormati, ia biasanya secara sadar ataupun tidak akan berkurang rasa sayangnya. Jika dilanjutkan, seperti rantai yang tak pernah putus dan sulit keluar darinya. Maka, dengan berusaha menjalankan penghormatan tanpa syarat, seorang istri dapat menghadirkan cinta dan kasih sayang suami serta menghadirkan keberkahan dalam rumah tangga.
Lalu, apa saja yang dapat dilakukan seorang istri untuk menghadirkan penghormatan, cinta, dan keberkahan dalam rumah tangga?
Berikut ada beberapa tips, ikhtiar bagi para istri untuk menghadirkan perasaan dihormati bagi sang qowwam.
[/nextpage]
[nextpage title=”Kulepas Kau dengan Senyum & Doa” ]
1. Kulepas kau dengan senyum dan doa
Sahabat, ketika suami pergi mencari nafkah ataupun menunaikan tugasnya yang lain, maka berharaplah untuk turut ‘kecipratan’ pahala atas amal yang suami lakukan. Ridhoilah keberangkatannya, iringilah dengan do’a kita, serta tak lupa menjaga amanah yang dititipkannya pada kita. Semoga kesabaran kita menunggunya selama beliau menjalankan setiap amanahnya berbuahpahala. Semoga pengorbanan kita dalam mendukung tugas suami akan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala seperti amal baik yang dilakukan suami dalam menjalankan tugasnya.
Rugi rasanya jika kita menampilkan wajah tak sedap ketika mengantarkan suami menjalankan tugasnya. Apalagi sambil marah dan mengomel. Karena, seorang suami shalih ia tetap harus berangkat menunaikan amanah. Bukankah lebih baik jika kepergiannya diiringi dengan senyum, hati yg ikhlas, dan doa yg tulus? Sehingga keduanya mendapatkan pahala kebaikan, selain tentunya terciptanya suasana yang lebih harmonis. – Menjemput Kunci Surga –
[/nextpage]
[nextpage title=”Restumu, Berkah Bagiku” ]
2. Restumu, berkah bagiku
Ketika keridhoan kita hadirkan di setiap keberangkatan suami, pun begitu ketika suami memberikan kita izin untuk menunaikan amanah. Baik pekerjaan rutin maupun amanah lain di luar rumah. Maka gunakanlah setiap detiknya dengan penuh tanggung jawab. Semoga suami juga ‘kecipratan’ amal baik yang kita kerjakan.
Sampaikan rencana kita esok hari serta mohonlah doa dan dukungannya. Ingatlah bahwa ridho Allah bersama ridho suami. In syaa Allah akan hadir berbagai kemudahan dalam setiap aktivitas kita begitu kita mendapatkan ridho suami.
“Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa: 34) – Menjemput Kunci Surga –
[/nextpage]
[nextpage title=”Menjaga Amanah Anak-anak” ]
3. Menjaga amanah anak-anak
Selain titipan dari Allah, anak-anak adalah amanah dari suami. Sebagai ibu, selain mendidik dan menjaga anak-anak, terdapat kewajiban untuk menanamkan rasa cinta, taat, dan hormat anak-anak kepada ayahnya. Mari kita teladani kisah Siti Hajar yang bertawakkal hanya kepada Allah karena meyakini bahwa suaminya Ibrahim ‘alaihissalam pergi karena perintah Allah. Ibunda Siti Hajar lalu menjaga Ismail ‘alaihissalam dengan penuh kesabaran dan ketegaran. Hasilnya, Ismail ‘alaihissalam meskipun hidup jauh dari ayahnya namun tetap taat dan cinta kepada ayahnya atas dasar keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Pun begitu, ketika ternyata pada suatu masa suami kita sangat sibuk oleh berbagai amanah. Isilah kekosongan waktu anak-anak tanpa ayahnya, dengan cerita indah dari ibunya. Sampaikan kelebihan, kebaikan dan pengorbanan yang telah dilakukan sang Ayah. Sehingga, ketika saatnya anak-anak berkumpul dengan ayahnya, mereka akan merasa dekat meskipun kuantitas pertemuan tidak begitu banyak. Karena sang ibu telah membantu anak-anaknya untuk mengenal sang Ayah.
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6) – Menjemput Kunci Surga –
[/nextpage]
[nextpage title=”Terampil Manajemen Keuangan” ]
4. Terampil Manajemen keuangan
Istri adalah manajer keuangan dalam rumah tangga. Namun tak sedikit pula suami yang mengambil alih peran ini karena lebih terampil mengelola keuangan. Tak ada masalah dengan hal ini selama suami istri dapat bekerja sama mengelola keuangan.
Tugas istri shalihah ialah menjaga nafkah yang diberikan oleh suami dan mengeluarkannya dengan amanah, sekalipun nafkah itu digunakan istrinya untuk sedekah.
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, wajib bagi seorang pembantu dan istri untuk minta izin ketika ingin bersedekah dari harta suaminya. Jika mereka tidak minta izin maka tidak ada pahala baginya, bahkan mereka mendapat dosa karena telah membelanjakan harta suami tanpa seizinnya.
Dan izin itu ada dua macam: Pertama, izin yang jelas dalam hal nafkah dan sedekah. Kedua, izin yang sifatnya sesuai dengan kebiasaannya. Seperti memberikan sepotong roti bagi orang yang datang meminta. Izin yang sifatnya sesuai dengan kebiasaan ini dapat diketahui dengan ridhanya suami. Maka izin jenis ini dapat tercapai sekalipun suami tidak mengucapkannya. Akan tetapi, perlu diingat, ini jika memang diketahui ridhanya, diketahui dengan jelas bahwa jiwanya seperti umumnya orang yang akan rela dalam memberi. Apabila ragu bahwa dia ridha, atau sifat dirinya adalah bakhil, dan hal itu bisa diketahui dengan jelas, maka tidak boleh bagi seorang istri dan selainnya untuk sedekah dari hartanya kecuali setelah mendapat izin yang jelas.”(Syarah Shahih Muslim 7/118).
Maka perlu kiranya sang istri memiliki ilmu mendasar tentang pengelolaan keuangan rumah tangga. Belajar untuk bersabar serta berhemat, namun tidak pelit. Sehingga uang yang dititipkan suami dapat digunakan dengan baik namun penuh keberkahan. – Menjemput Kunci Surga –
[/nextpage]
[nextpage title=”Menyiapkan Sandang Pangan Suami” ]
5. Menyiapkan sandang pangan suami
Jika seorang laki-laki adalah simbol kehormatan keluarga maka seorang istri berperan dalam menjaga penampilan atau mendandani suami. Tidak perlu berlebihan, yang penting suami nampak terawat dan bersih.
Karena kebiasaan setiap keluarga berbeda, maka sangat penting untuk dikomunikasikan dengan suami, penampilan seperti apa yang membuat ia nyaman dan percaya diri. Serta bantuan seperti apa yang diperlukan sang suami, sehingga ia merasa diperhatikan tanpa didikte.
Ada suami yang terbiasa disiapkan segala sesuatunya. Sehingga istri bisa membantu menyiapkan dari hal yang paling kecil dan mendasar. Seperti menyiapkan kaus kaki, baju dan yang lainnya. Bahkan ada pula suami yang senang jika disisiri istrinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Siti Fatimah: “Ya Fatimah, apabila seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya, memotong kumis dan menggunting kukunya, maka Allah akan memberinya minum dari air Surga yang mengalir di sungai-sungainya dan diringankan Allah baginya sakaratul maul dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman yang indah dari taman-taman Surga. “
Namun ada pula suami yang terbiasa mandiri. Ia merasa memiliki kepuasan jika mampu menyiapkan semuanya atas pilihan sendiri. Maka istri bisa membantu untuk hal-hal yang umum saja. Misalnya menjaga koleksi pakaian dan perlengkapan suami agar senantiasa bersih dan rapi. Sehingga ketika suami ingin memakai pakaian pilihannya, maka semuanya sudah tersedia dalam kondisi yang baik.
Nah, ketika urusan sandang telah tertata, maka tak lupa pangan menjadi hal yang penting untuk selanjutnya. Dimana menyediakan makanan kesukaan suami adalah hak istimewa seorang istri bagi suaminya. Mengenali apa makanan dan cemilan favorit suami serta apa yang tidak disukainya hendaknya menjadi pakem dalam merencanakan menu keluarga. Alangkah asyiknya jika para istri mampu memasakkan semua menu sehat, bergizi dan lezat untuk suaminya. Sehingga keterikatan suami makin mendalam pada sang istri.
Namun ketika istri tidak bisa senantiasa memasakkan menu favorit suaminya karena satu dan lain hal, maka istri tetap bisa berusaha menyenangkan hati suami dengan menyiapkan masakan kesenangan suaminya. Usaha istri untuk memesan atau membeli di tempat yang disukai suaminya merupakan bentuk penghormatan atas sesuatu yang disukai suaminya. Intinya sang istri senantiasa berusaha menganggap penting kesukaan dan keinginan suami. Sehingga, meskipun istri belum mampu menyediakan makanan yang lezat hasil olahan sendiri, namun ia tetap membahagiakan suami dengan cara yang berbeda. Hingga, hal yang simpel namun berarti seperti menyajikan secangkir teh seusai shalat shubuh pun dapat menjadi pemanis yang terkenang hingga hari tua. Sehingga benarlah apa kata pepatah, dari perut naik ke hati.
Tak perlu berkecil hati ketika ada sedikit yang terluput karena kesibukan kita dalam mengemban amanah yang lainnya. Komunikasikan dengan suami apa yang kita rasakan, serta kesibukan yang kita alami. In syaa Allah dengan komunikasi yang baik, kehormatan suami tetap terjaga meski kita tidak bisa memberikan pelayanan yang ideal. – Menjemput Kunci Surga –
[/nextpage]
[nextpage title=”Berpenampilan Bersih” ]
6. Berpenampilan bersih sedap dipandang
Berpenampilan bersih itu sedap dipandang. Minimal mencuci muka dan menyisir rambut saat kita bangun pagi. Gantilah piyama atau daster dengan pakaian bersih dan rapi sebelum beraktivitas. Berlatihlah senyum dan ucapkan kalimat positif saat bercermin. In syaa Allah aktivitas sederhana ini dapat membuat sahabat muslimah siap menghadapi hari, menebar energi positif dan menyenangkan dipandang. Bukan hanya suami, tetapi anak-anak juga akan melihat dan mengambil contoh dari ibunya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa ciri wanita yang paling shalihah?” Jawab beliau, “Yang menyenangkan suami ketika dilihat, dan menaati suami ketika diperintah.” (HR. Ahmad, Nasai dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). – Menjemput Kunci Surga –
[/nextpage]
[nextpage title=”Menata Hati & Ucapan” ]
7. Menata hati dan ucapan
Sahabat shalihah, tak semua isi hati perlu disampaikan kepada suami. Pilihlah kata-kata yang baik dan jelas maknanya. Hindari ungkapan yang berputar-putar dan bersifat emosional. Ketahuilah bahwa laki-laki terbiasa mendefinisikan dan memecahkan masalah. Sampaikan dengan jelas isi hatimu. Hari yang dilaluinya dalam mencari nafkah sudah cukup berat, dan yang ia nantikan adalah pijatan lembut dan obrolan yang menyenangkan darimu. Tak jarang pula ia membutuhkan dirimu untuk membesarkan hati dan membangkitkan semangatnya.
Sahabat, mungkin hari yang kau lalui cukup berat, aneka kerepotan rumah tangga dan tingkah polah anak-anak menguras energimu. Engkau berhak menyampaikan apa yang terjadi hari ini namun hindarilah perkataan yang terkesan menuntut dan mengeluh.
Curahkan isi hatimu sepenuhnya kepada Yang Maha Menolong pada sepertiga malam terakhir. In syaa Allah sahabat akan memperoleh energi baru di esok hari. Di samping karena perkenan suami, Allah pun ridho atas dirimu.
“Wanita mana saja yang meninggal dunia, kemudian suaminya merasa ridho terhadapnya, maka ia akan masuk surga”. (HR Ibnu Majah, dan di hasankan oleh Imam Tirmidzi). – Menjemput Kunci Surga –
[/nextpage]
Sumber Tulisan:
Menjemput Kunci Surga
Penulis: @relapamungkas dan Hikari Aisyah
Editor: Dayan Salsabila
Ilustrator: SRDSumber: Gadget Muslimah