Ayah Bunda, JANGAN Masukkan Anak ke PAUD Sebelum BACA Ini!
Benarkah sebagai orangtua perlu memasukkan anak-anak kita ke PAUD? Jangan lakukan hal tersebut sebelum membaca artikel ini!
Ada sebuah buku yang berjudul “Better Late than Early”. Buku ini memberikan pandangan banyak pakar dari berbagai macam sudut pandang dan menyimpulkan serta menganjurkan untuk menunda memasukkan anak ke sekolah bahkan sampai usia 8 -10 tahun.
Para psikolog pun seperti bu Elly Risman atau ust Adriano Aad Rusfi atau praktisi seperti bunda Septi Peni Wulandani pun sama, menganjurkan untuk menunda selama mungkin anak usia dini untuk di “sekolah” kan.
Dalam pandangan pendidikan berbasis fitrah pun sama, tidak berlaku kaidah bahwa makin cepat makin baik, makin banyak makin hebat. Segala sesuatu sebaiknya sesuai tahapannya.
Perlu dipahami bahwa pendidikan usia dini adalah agar anak anak usia dini tumbuh paripurna sesuai tahap perkembangan usia dininya. Jadi bukan calistung untuk persiapan masuk SD.
Juga ketika mengajarkan sesuatu maka prinsipnya adalah bukan apakah anak mampu, tetapi apakah yang anak butuhkan sesuai usianya.
Sebagai catatan banyak PAUD hari ini yang berubah menjadi SAUD (Sekolah Anak Usia Dini), dengan melatih anak berbagai keterampilan membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan masuk SD.
Usia dini adalah usia paling kritis dan rentan namun sangat menentukan masa depan anak, maka pastikan Ayah Bunda ikut turun tangan dalam hati, pikiran, tangan, dan lain sebagainya.
Beberapa aspek fitrah yang membutuhkan kedua orangtua turun tangan
1. Fitrah Keimanan
Usia 0-6 tahun adalah masa emas untuk mendidik fitrah keimanan, dengan keteladanan dan atmosfer keshalihah untuk memunculkan imaji-imaji positif tentang Allah dan seterusnya.
Anak anak harus dibangkitkan gairah cintanya pada Allah dan kedua orangtua sosok teladan yang paling berkesan untuk memberikan imaji-imaji positif ini.
Jika fitrah imannya tumbuh paripurna, maka bunda akan menjumpai ananda menyambut perintah sholat dengan suka cita ketika usia 7 tahun.
Jangan lewatkan peran ayah bunda pada tahap 0-6 tahun.
2. Fitrah Seksualitas
Anak usia 0-6 tahun membutuhkan kelekatan ayah dan ibunya sampai aqil baligh, bahkan dilarang memisahkan anak dan ibunya sampai mereka aqil baligh.
Usia 3 tahun, ananda harus menyebut identitas gendernya dengan jelas. Anak yang bingung identitas gendernya ada kemungkinan salah satu sosok ayah atau ibu tidak hadir secara utuh. Perhatikan bahwa banyak PAUD gurunya hanya perempuan.
3. Fitrah individualitas
Anak usia 0-6 tahun sangat ego sentris, jika tidak memahami ini maka mereka akan dipaksa berbagi, dipaksa untuk mengalah tanpa pertimbangan fitrah individualitasnya.
Maka kelak akan menjadi peragu, tidak pede bahkan pelit dan pengecut. Dalam lingkungan persekolahan usa dini yang seragam, maka umumnya individualitas tak dihargai.
Sejalan dengan ini maka sesungguhnya anak usia 0-6 tahun belum membutuhkan bersosialisasi, tetapi membutuhkan interaksi dengan alam.
Sementara sosialisasi terbaiknya pada usia ini adalah dengan kedua orangtuanya.
4. Fitrah Belajar
Pada usia ini abstraksi dan imaji anak sedang indah-ndahnya maka interaksi terbaiknya di alam dan permainan imajinatif.
Kebanyakan PAUD mengenalkan permainan kognitif dan lebih banyak bermain dalam ruangan. Gairah belajar anak lebih wajib diumbuhkan daripada mengejar kemampun calistung.
Ingat bahwa anak yang cepat bisa membaca belum tentu menyukai buku dan belajar, sementara anak yang cepat bisa berhitung belum tentu suka bernalar dan berabstraksi.
Tugas orangtua adalah membangkitkan gairah belajar anak bukan banyak mengajarkan. Ingat bahwa anak yang terlalu banyak diajarkan akan minta diajarkan sepanjang hidupnya.
5. Fitrah Bakat
Pada usia ini, bakat anak muncul sebagai sifat unik, maka amati sebaiknya dan buatlah dokumentasi anak yang menggambarkan momen bahagia, momen kejutan atas sifat dan perilaku yang unik.
Ini memerlukan observasi atau pengamatan yamg seksama, penuh empati dan telaten, dan sejujurnya hanya kedua orangtua yang ikhlash yang mampu melakukan.
6. Fitrah Estetika dan Bahasa
Pada usia ini anak harus dikuatkan bahasanya dengan bahasa ibu (mother tongue). Bahasa ibu adalah bahasa native atau bahasa penutur asli yang dituturkan ayah dan ibu di rumah dengan fasih dan santun.
Hindari mengajarkan bahasa asing sebelum bahasa ibu sempurna. Ukurannya adalah mampu mengekpresikan perasaan, sikap dan gagasannya dengan jelas dan baik.
Kisahkan anak dengan kisah kisah berkesan menggunakan bahasa ibu. Agak sulit menguatkan bahasa ibu jika PAUD menggunakan bahasa yang lain apalagi bilingual.
Kasus-kasus anak mengalami bingung bahasa atau mental block karena tak mampu mengekspresikan bahasa sudah banyak terjadi.
Jika ayah bunda karena alasan yang darurat harus mem-PAUD-kan anak, maka pastikan:
- PAUD yang dipilih adalah yang mengoptimalkan peran orangtua dalam proses
- Ayah Bunda tetap bertanggungjawab pada penumbuhan seluruh potensi fitrah, maka buatlah personalized curriculum (PC). Komunikasikan dan kerjasamakan PC dengan PAUD yang dipilih.
- Manfaatkan waktu ketika bersama anak dengan sebaik baiknya
Sumber Tulisan:
Harry Santosa
Sumber Referensi Tambahan: