Wahai pria yang telah menaklukkan hatiku. Kutulis ini kepadamu dengan penuh kesadaran. Aku tahu, mungkin ini akan terasa menyakitkan bagimu, bagiku. Tetapi, aku harus melakukan ini dengan penuh keberanian. Aku lakukan ini demi cinta pada agamaku, imanku, Tuhanku, orang tuaku, masa depanku yang lebih baik, juga untuk kebaikanmu.
Wahai pria yang pernah menaklukkan hatiku. Keputusan ini aku buat karena telah banyak dosa yang kita lakukan selama kita berhubungan hanya dengan berstatus pacaran. Tiga tahun sudah kita menjalin hubungan yang tak diridhoi-Nya. Tiga tahun waktu kita menghimpun banyak dosa-dosa, menggugurkan semua amalan kita. Tiga tahun sudah aku melawan hati kecilku yang terdalam, hubungan cinta yang tak seharusnya dilakukan oleh dua insan berlawan jenis.
Wahai pria yang pernah ada di dalam hatiku. Aku tahu, mungkin kamu tidak akan pernah terima dengan keputusanku ini. Meskipun kau dalam perih, aku pun sama awalnya. Aku belum terbiasa tanpamu. Aku selalu tergantung pada dirimu. Kau telah banyak membantuku dan keluargaku. Tetapi, aku mohonkan maaf dan pengertian dalam hatimu yang terdalam, aku melakukan ini hanya demi Allah, demi keluarga yang kucintai agar tak terkena azabNya. Aku sangat sayang ibuku, dan juga ayahku. Aku tidak ingin karena hubungan cinta kita, Allah menghukum ayah ibuku.
Wahai pria yang pernah selalu bersamaku. Banyak perjalanan yang kita lalui. Banyak tempat indah yang kita sama-sama tertawa, tersenyum, bahagia. Banyak kenangan yang mungkin tak terlupakan. Tetapi, dalam hati kecilku selalu bertanya, apakah dengan hubungan kita yang tak diridhoiNya, kita bisa mencapai surgaNya yang indah? Sisa imanku menjawab, tidak mungkin jika masih seperti sekarang.
Wahai pria yang pernah memegang tangan dan memelukku. Aku merasakan kehangatanmu. Aku merasakan nyaman di pelukanmu. Tetapi, suara kecil imanku memprotes padaku. Mau sampai kapan aku ada dalam kubangan lembah zina? Mau sampai kapan aku terjebak bujuk rayu syaitan? Aku melakukan keputusan ini dari sisa-sisa keberanianku. Dari sisa-sisa imanku yang telah terkikis oleh dosa-dosa.
Wahai pria yang pernah meluluhkan semua akal sehatku. Kini, di sisa-sisa akal sehatku, aku hanya ingin lebih dekat dengan-Nya, aku ingin menggapai semua cinta Nya, aku ingin memberikan semua kasih sayangku, cinta pada orang tuaku. Orang yang seharusnya lebih pantas menerima semuanya. Orang yang lebih wajib aku cintai.
Wahai pria yang pernah dekat dengan ayah ibuku. Aku mohon maaf jika memang orang tuaku mengizinkan diriku berkenalan denganmu bukan dalam bingkai hubungan yang baik. Mungkin, mereka melakukan itu karena melihat aku bahagia bersama dirimu. Mereka melihat aku bisa lebih banyak tertawa. Tetapi, aku sudah menjelaskan kepada mereka, bahwa sebenarnya hati kecilku tidak bahagia dengan hubungan cinta yang haram. Kebahagiaanku hanya semu belaka. Aku tidak ingin semua itu.
Wahai pria itu. Kamu adalah seorang pria dan seharusnya pria yang lebih tahu mana yang benar dan salah. Pria yang lebih paham mana yang baik dan buruk. Karena kamu nantinya adalah calon imam bagi keluarga kecilmu. Kamu nakhkoda di bahtera keluargamu. Jadilah pria yang bertanggungjawab pada Allah dan agamamu. Jangan kau jatuh oleh bisikan-bisikan yang berusaha menjauhkanmu dariNya. Kamu pria, dan pria itu kuat. Kamu pria, dan pria itu punya prinsip hidup. Jadilah seorang pria.
Wahai pria yang kini aku anggap sebagai saudara seimanku. Aku tidak ingin menjadi wanita yang menjadi penghalangmu ke surgaNya. Aku tidak ingin menjadi wanita yang dilaknat olehNya. Aku hanya ingin seperti Aisyah, istri Rasulullah. Mengabdi dengan penuh cinta kepada suaminya karena Allah. Aku hanya ingin mendapatkan cinta Allah yang lebih kekal abadi bersama suamiku kelak.
Wahai pria itu. Jika kamu marah dengan keputusanku, aku bisa menerimanya. Aku lebih takut Allah marah padaku dan menjatuhkan azab pada diriku. Ikhlaskan diriku. Dan aku pun sudah mengikhlaskanmu untuk pergi dariku. Jika kamu menemukan pengganti diriku, aku hanya berpesan, jangan perlakukan dia seperti kamu memperlakukan padaku. Temui keluarganya bersama keluargamu. Langsung lamar dan nikahi dia. Pria punya nyali untuk melakukannya. Pria punya keberanian untuk melakukannya. Jika kamu memang benar seorang pria.
Wahai kamu, pria yang akan tetap menjadi saudaraku dalam bingkai ukhuwah. Jika kamu memilih untuk menungguku, itu terserah padamu. Itu hak kamu. Tetapi, saat ini, aku sedang berusaha memperbaiki semuanya, terutama hubunganku dengan penciptaKu. Kini, aku hanya ingin membangun imanku kembali. Aku hanya ingin mencari ridho Allah semata. Siapapun nanti pria yang datang pada ayahku, aku sudah siap untuk menjadi calon istrinya. Pria yang sholeh, punya keberanian dan nyali tetapi pria yang takut akan Allah. Siapapun pria itu, aku hanya pasrah pada-Nya.
Wahai pria yang tak ingin kusebut namanya. Ini kutulis untukmu dan pria-pria lainnya. Sejenak kalian bisa membacanya. Menjadi renungan juga buat kalian para wanita. Ya. Malam ini, malam terakhir bagi cinta kita.. Semoga Allah kelak meridhoi malam penuh cinta dalam bingkai pernikahan yang suci. Aamiin.
Postingan ini dimodifikasi pada 16 Agustus 2015 9:11 am
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar