Ramai kita para orangtua membicarakan tentang menguatnya LGBT di negara kita. Tidak sedikit yang menyikapinya biasa dan membela dengan menggaungkan persamaan hak manusia.
Namun siapalah kita manusia, yang berani bicara hak, tanpa mematuhi kewajiban yang sudah digariskan Allah yang Maha Mencipta. KIta diciptakan hanya untuk beribadah. Menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya.
LGBT jelas dan terang dilarang oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan lebih mendasar lagi, dalam agama Islam perbedaan laki-laki dan perempuan sangat ditegaskan dan kita dilarang saling menyerupai.
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari)
Tegas Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kepada kita prinsip berprilaku sebagai laki laki dan sebagai perempuan. Namun dalam perjalanan zaman, sedikit sedikit kita mulai longgar dan memberi jalan pada yang namanya persamaan antara laki laki dan perempuan.
1. Memberi nama anak atau panggilan yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Agar nyata anak mengenal bahwa dirinya adalah laki-laki atau perempuan.
2. Memberikan pakaian yang khas sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki tidak menyerupai anak perempuan, pun sebaliknya.
3. Memberikan mainan yang khas sesuai dengan jenis kelaminnya, laki-laki atau perempuan. Tentu ada permainan yang bisa dilakukan keduanya. Namun, ada permainan permainan yang secara budaya dikenal sebagai permainan anak laki-laki dan perempuan.
4. Mendidik anak laki laki dan perempuan sesuai dengan sifat sifatnya yang secara fitrah dibawa sejak lahir.
5. Mengenalkan perbedaan peran laki-laki dan perempuan di masa yang akan datang. Hal ini bisa dimulai dengan memberi contoh pada anak tentang bagaimankah yang namanya peran ibu dan ayah. Bahwa anak laki-laki nanti akan menjadi Ayah, dan perempuan akan menjadi ibu.
6. Terpenting dan paling prinsip adalah bagaimana Ayah dan Ibu bisa menjalankan perannya sebaik mungkin hingga anak tidak kehilangan figur Ayah dan Ibu.
Karena banyak kasus LGBT terjadi karena permasalahan anak kehilangan figur Ayah dan Ibu. Kehilangan di sini bukan secara fisik saja, tetapi juga psikologis. Seperti sosok Ayah sebagai pelindung keluarga malah menjadi ancaman tersendiri pada anak , misal Ayah melakukan kekerasan pada keluarga. Kehilangan figur Ayah dan Ibu akan membuat anak gagap menghayati bagaimana ia seharusnya sebagai laki-laki dan perempuan.
Sumber Tulisan:
Postingan ini dimodifikasi pada 3 Maret 2016 12:06 pm
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar