Ada kejadian apa yang menjadi penyebab pria ini ditantang duel satu lawan satu oleh Polisi Militer? Bahkan, dia pun sempat digiring ke markas PM Lawang oleh mereka yang mengaku satuan militer tersebut.
Pria ini adalah seorang netizen yang curhat di Facebook pribadi miliknya, karena kejadian kecelakaan lalu lintas yang menimpanya.
Bukannya menyelesaikan masalah dengan baik-baik, tampak oknum satuan militer tersebut sangat arogan dan ingin menunjukkan bahwa mereka berkuasa kepada sipil.
Seperti apa kejadian selengkapnya? Simak penuturan lengkapnya berikut ini!
Shame on you? yes. Tepatnya Kemarin, hari Minggu 10 April 2016, sekitar pukul 13.00. Saat itu saya sedang meluncur pulang dari Gresik menuju rumah orang tua di Malang dengan mengendarai mobil. Bertepatan dengan weekend tentunya lalu lintas sangat padat, dua lajur arah ke Malang macet parah. Bahkan saya harus bersabar mengalami kemacetan dari gerbang masuk malang (bakpao Telo) hingga Stasiun Lawang.
Sayup-sayup terdengar raungan sirine, saya lihat ke depan, lalu saya lirik spion, masih tidak melihat sesuatu berlampu kelap-kelip. Sambil menyiapkan diri untuk menepi jikalau yang lewat adalah ambulans, polisi lalu lintas, pemadam kebakaran, atau mobil jenazah.
Tak lama kemudian saya melirik spion, mulai tampak moge suzuki GSR entah berapa CC dikendarai oleh Polisi Militer (PM) membelah lautan kemacetan di jalan raya Lawang – Malang. Tampak mobil2 pun susah payah menepi ke kanan dan ke kiri, karena kondisi macet parah. Dari spion mobil saya akhirnya terlihat ternyata motor PM tersebut sedang mengawal 1 mobil Toyota Fortuner, PLAT HITAM, dengan NOPOL B 64 NIP. Nampak cara mengendarai mobil ini agresif sekali, meliuk-liuk meminta jalan.
Posisi saya ada di lajur paling kiri dari 2 lajur yang mengarah ke Malang. Saya pun menepi ke kiri perlahan, pemimpin kawalan sang polisi PM ber-moge pun lewat dengan lancar di sebelah kanan mobil saya.
Hingga akhirnya, tepat 50 meter sebelum Stasiun Lawang, mobil Toyota Fortuner Plat Hitam B 64 NIP berada sejajar dengan mobil saya, dan secara tidak terduga mobil tersebut memotong jalur dari tengah menuju kiri dengan perhitungan haluan yang sangat BODOH. Tengah? yup, rombongan konvoi yang entah urgensi nya apa, meminta jalan dengan membelah 2 lajur tepat di tengah, waaupun dalam keadaan sangat macet.
Karena haluan BODOH sang Mobil Toyota Fortuner B 64 NIP tersebut, akhirnya sudut depan kanan mobil saya diserempet keras oleh bagian samping belakang kiri Fortuner tersebut. Hingga mengakibatkan bemper depan terbuka.
Sontak klakson panjang saya bunyikan, untuk meminta mobil itu berhenti. Sesaat setelah berhenti, saya pun turun, saya amati, eh ternyata kawalan hanya satu mobil, lalu saya amati lagi, tidak ada pejabat siapa2 dengan seragam tentara atau pangkat apapun. Yang ada hanyalah sopir dengan ajudan, yang saya rasa dengan perut buncitnya adalah mustahil anggota Polisi Militer.
Sebagai manusia biasa yang dirugikan, tentu saya berusaha meminta konfirmasi kepada sang supir. Belum selesai saya bicara, sang pengendara motor, dengan seragam PM nya langsung mendorong saya, dan memaki-maki. Polisi PM tersebut, yang sayang sekali badge nama-nya tertutup rompi, menantang saya untuk berduel, katanya sih, dia pengen menyelesaikan secara laki-laki. Nah, apakah saya salah kalo oknum Polisi Militer seperi ini adalah manusia dengan otak yang cekak? yang menjadikan status militernya sebagai orang yang superior dan puya kuasa atas orang sipil? Selalu ingin mempersingkat penyelesaian masalah dengan otot? yg lebih tepat mungkin cara tidak elegan dan berwibawa, sebagai seorang pengayom masyarakat.
Memaki, mengatai saya monyet, langsung mengajak duel, tanpa dia tau masalahnya (si Polisi PM ini sudah jauh didepan, dan tentu tidak menyaksikan kejadian dibelakangnya, Toyota Fortuner B 64 NIP menyerempet karena kebodohannya). Tidak ragu, saya jadi skeptis dengan watak pengayom masyarakat seperti ini. Bawaan Orde Baru? Militer sang penguasa? Who knows, saya kecewa sekali dengan Oknum Polisi PM ini dengan cara kekanak-kanakannya.
Lanjut ke penyelesaian masalah, sang sopir tampak jumawa, karena dia merasa aman, dibela oleh Polisi PM. Setelah Polisi PM gagal menantang saya duel karena mungkin dia terlalu takut diekspos publik atas kebodohannya. Polisi Miiter tersebut menelepon atasannya, dan saya mendengar ada perkataan seperti ini :
“Lapor Ndan, mobil komandan ditabrak orang di Lawang”
What? hello? ditabrak? saya cuma ketawa saja. Saya sudah langsung yakin, tipikal orang seperti ini yang dia tau hanya masalah otot, otaknya tidak akan mampu diajak diskusi cerdas.
Saya pun digiring ke Kantor Polisi Militer Lawang, Kab. Malang. Dengan tanpa ragu saya menyanggupi ajakannya, dengan harapan, walau tipis harapannya juga sih, masalah bisa cepat diselesaikan di kantor. Polisi Militer tadi serta Toyota Fortuner B 64 NIP punn kembali ke kantor. Dan saya pun berfikir, trus tadi urgensinya apa bunyikan sirine, membelah lautan kemacetan, menyerempet mobil saya, kalo jadinya sekarang malah dengan santai ikut kembali ke pos? Tanpa ada pejabat? hanya ada 2 orang berambut cepak, dengan perut buncit. Artinya, mereka tidak benar-benar dalam keadaan darurat, artinya juga, jalan santai dan bersabar pun mestinya bisa!
Sesampainya di Kantor Polisi Militer Lawang, saya pun langsung dimasukkan ke ruangan dengan ukuran 3 x 3 meter. Awalnya hanya 3 orang terkait, 4 orang dengan saya. Kemudian saya dikerumunin Polisi Militer lainnya dengan jumlah total kurang lebih 10 orang.
Satu persatu mereka menginterogasi saya, seolah saya yang jadi tersangka. Dengan nada keras, ngotot, dan cenderung menyalahkan. Saya pastikan tidak ada obrolan netral disana, 1 orang sipil banding 10 PM? Guess what?
Saya berulang kali mencoba bicara cerdas dan menjelaskan kronologi secara sistematis. Belum selesai, sang sopir menyanggah. Terus saja begitu sampai kiamat. Hingga akhirnya 1 orang PM pun berbicara, dan menyuruh saya untuk menunggu atasan. 15 menit saya menunggu, atasan datang, suasana diskusi masih sama, alot, tidak cerdas, dan cenderung pamer kekuatan sang pelindung negara. Atasan tersebut sempat berkata seperti ini :
“Biar cepat selesai, bagaimana kalo kita berikan kepada yang berwenang saja, unit LAKA LANTAS”
Yang lebih menggelikan lagi, lalu ada ajudan yang bicara bisik-bisik seperti ini :
“Mohon maaf pak, kata komandan bla bla bla, masalah ini idak perlu dibawa ke Polisi LAKA, disuruh diselesaikan saja disini”
Hahahaha, kan lucu?
Untung saya bisa nahan ketawa..hehehe.
Atasan Polisi PM juga tidak bisa menyelesaikan. Nampaknya Ia kewalahan untuk negosiasi dengan saya, dengan berulang kali menawarkan penyelesaian kekeluargaan dengan tanpa ganti rugi. Menganggap sopirnya salah, saya juga salah, jadi ditanggung impas. What? tentu tidak segampang itu..
Karena saya masih tidak mau menyerah, tampak beberapa Polisi PM mulai malas, dan mengumpat di belakang ruangan. Akhirnya saya pun disuruh menunggu, katanya biar komandan yang lebih tinggi lagi yang datang. Hingga 45 menit, yap 45 menit! saya dibiarkan mati bosan!
Taktik mental sepertinya mulai dijalankan oleh satuan ini. Saya dibiarkan menunggu sampai bosan, tanpa kejelasan, menunggu sampai akhirnya menyerah, dan berdamai.
Saya pun berfikir, se-ngeyel-ngeyelnya saya, ganti rugi tetap tidak akan saya dapatkan. Saya ngotot pun mereka tidak akan mau mengeluarkan duit. Posisi minoritas, saya berada di tempat yang sama sekali tidak netral untuk sebuah penyelesaian masalah.
Akhirnya saya putuskan untuk menyudahi semuanya, saya merasa percuma dan sia-sia, gimanapun juga saya tidak akan bisa mendapatkan hak saya sebagai pengguna jalan umum dan warga sipil.
Begitu saya memutuskan untuk menyudahi semuanya, tampak raut wajah yang semula suram, menjadi melembut secantik ibu peri. Polisi PM yang tadi mengatai saya “Monyet” akhirnya memuji2 saya dan berkata manis layaknya pedekate sama cewek.
Bahkan saya ditawarkan untuk diantar keluar, dan ikut masuk pengawalan, karena rombongan akan kembali lagi meluncur.
Cuih! SAMPAH! Tentu saya tidak mau, urgensi palsu, arogansi militer, dengan penyelesaian masalah pake otot dan teknik melemahkan mental seperti ini sangat tidak layak menjadi pengayom masyarakat. Yang benar diperlakukan salah, yang salah dibela karena rekan sedarah.
Sekali lagi, YTh pemilik kendaraan Toyota Fortuner B 64 NIP plat hitam, saya tidak menyalahkan Anda sebagai pemilik. Tapi saya ingin Anda menjewer kuping supir buncit anda, dan memberikan kecupan manis kepada Polisi PM yang mengawal mobil Anda.
Selamat, bemper belakang Fortuner anda hanya lecet, dan mungkin saya harus merogoh kocek dompet saya sendiri hingga sejuta lebih, untuk memperbaiki bemper depan dan bodi penyok.
Saya memang mengalah, tapi bukan berarti saya kalah. Saya prihatin Satuan Anda tidak bisa berdiskusi secara cerdas, dan mengutamakan otot serta Arogansi semata.
Salahkah saya kalo saya berkata, “SHAME ON YOU POLISI MILITER LAWANG” ?
Sumber Berita dan Foto:
Postingan ini dimodifikasi pada 2 Mei 2016 7:37 pm
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar