Kisah Mualaf Sam Brodie: Tak Ada Kata Terlambat
Banyak kisah mualaf yang sangat menginspirasi kita, khususnya umat muslim. Salah satunya adalah sebuah kisah mualaf bernama Sam Brodie.
Seperti apa kisah hidupnya yang menginspirasi tersebut?
Kisah mualaf Sam Brodie pun sudah banyak ditayangkan di talkshow televisi nasional maupun internasional.
Pada salah satu fase kehidupannya, saat masih berusia 12 tahun, Sam Brodie atau yang bernama lengkap Samuel David Alexander Brodie ini, melakukan keputusan yang mungkin mengubah hidupnya.
Dia yang seorang lelaki tulen memutuskan untuk menjadi seorang wanita. Dan itu sebuah keputusan besar bagi dirinya maupun keluarganya.
Samantha, itulah nama wanita yang dipilih oleh Sam Brodie.
Mengubah jenis kelamin pria menjadi wanita, tak lekas mendapatkan persetujuan begitu saja dari keluarganya. Keluarga sangat menentang keras keputusan tersebut.
Sam atau Samantha pun tak menggubris pertentangan keluarga. Bahkan, dia bertengkar keras dengan ibunya dan memilih untuk pergi dari rumah.
Kehidupan di luar rumah sangat tidak ramah. Dia hidup menggelandang di jalanan kota London, Inggris. Hidup di jalanan membuatnya semakin parah.
Dia pernah dituduh menipu, pernah masuk panti sosial, mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan alcohol, bahkan dituduh “main” dengan salah satu pemain bola klub Inggris, Arsenal.
Kehidupan kelam sosok Sam Brodie, yang terlahir pada 14 Maret 1987, mulai berubah dan terkenal oleh publik internasional sejak diundang dalam sebuah reality show, Big Brothers.
Banyak yang tak menyangka bahwa sosok Samantha yang seorang wanita itu, sebenarnya adalah seorang lelaki tulen bernama Sam Brodie.
Dan saat identitas asli yang telah lama disamarkannya, terendus oleh media.
Boooom!!
Profil Samantha alias Sam Brodie pun semakin meroket popularitasnya. Dia pun banyak dicari oleh berbagai media.
Dari dunia entertainment ini, Sam Brodie alias Samantha menjadi terkenal dan mendapatkan materi yang luar biasa.
Bahkan, diperkirakan dari karirnya di dunia hiburan, pria berdarah Skotlandia Ambon ini memperoleh bayaran hingga mencapai 4,6 juta US dollar atau 65 miliar rupiah.
Dari kelimpahan harta dan ketenarannya ini, Sam tak mendapatkan sesuatu yang bernilai dalam hidupnya. Dia merasa hampa dan ada yang hilang. Ketenaran dan kelimpahan harta tak membuatnya merasa tenang.
Lalu, dia memutuskan untuk memulai kembali mencari jati diri dirinya. Dan saat masa pencarian tersebut, dia mulai kenal dengan Al Qur’an, pada tahun 2009.
Saat membaca isi Al Qur’an, Sam heran. Karena dia merasa banyak sekali ditegur.
Sam berkata, “Saat membaca Al Qur’an, ada sesuatu yang mengatakan pada diri saya, bahwa hidup saya selama ini penuh dosa.”
Sam pun mulai tertarik untuk mempelajari agama Islam lebih dalam lagi. Dia mencari seseorang yang lebih memahami ilmu agama Islam untuk menuntunnya menjadi lebih baik.
Dalam proses pembelajaran ilmu agama inilah, Sam berusaha untuk ikhlas menerima berbagai cobaan hidup. Menerima jati dirinya yang seorang laki-laki.
Dan, tahap demi tahap dalam perjalanan hidupnya, seorang Samantha mencoba untuk kembali hidup menjadi seorang pria. Dia pun melepaskan semua perilaku yang kewanita-wanitaan.
Dalam proses panjang ini, seorang wanita bernama Indry yang merupakan sahabat dari Brodie terus memberikan support pada transformasi hidupnya.
Indry percaya penuh bahwa Sam dapat berubah dan menemukan kembali jati dirinya.
Ketika transformasi itu semakin mantap, Sam Brodie pun memiliki keinginan yang tak dimiliki oleh sosok Samantha. Brodie ingin menikah dengan seorang wanita!
Sam Brodie pun begitu tertarik untuk melamar sahabatnya, Indry menjadi istrinya.
Gayung bersambut, pinangan dari Brodie pun diterima oleh Indry. Mereka pun memutuskan menikah pada 2010. Sesaat setelah Brodie mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Menjadi seorang mualaf.
Kisah mualaf Sam Brodie ini pun dituangkan dalam sebuah buku yaitu “Samuel, Samantha, and Me”. Dalam bukunya ini, dia ingin berbagi inspirasi dari perjalanan hidupnya.
Baginya, Islam itu sangat luar biasa. Dari mempelajari Islam, dia bisa berubah secara perlahan. Dia pun sudah merasa lengkap sekarang. Beragama Islam, memiliki keluarga dan cukup materi.
Dia pun berkata, “Tak ada kata terlambat untuk kembali.”
Referensi: