– Kisah Motivasi: Gelas, Danau, & Garam – Siapa sih yang gak pernah menderita dalam hidupnya? Pasti, kita pernah merasakannya. Menderita karena beragam hal, dari hubungan asmara putus, kehilangan seseorang, rezeki seret, dan lain sebagainya.
Bagaimana ya menghadapi kesedihan dari penderitaan itu sendiri? Mungkin setiap orang berbeda-beda dalam menyikapinya. Ada yang pasrah, meratapi nasib, mencari hiburan, dll.
Berbeda orang, berbeda cara mengatasinya. Kamu juga bisa mensupport dirimu sendiri dengan kisah-kisah motivasi untuk menghilangkan kepedihan karena penderitaan yang kamu alami.
========
Di suatu sore, seorang guru sufi menghampiri muridnya. Dia ingin berbincang sejenak dengan muridnya tersebut. Belakangan ini, si murid selalu tampak murung.
Guru: “Muridku, biasanya kamu selalu gembira, kenapa akhir-akhir ini murung? Di dunia ini, banyak yang indah bukan? Seharusnya kamu bisa menikmati keindahan tersebut dan berbahagia.”
Murid: “Emm..guru,,maafkan aku. Aku seperti ini, karena akhir-akhir ini hidupku banyak masalah. Susah sekali rasanya untuk senyum dan bahagia. Masalah selalu datang tanpa henti-hentinya.”
Guru: (terkekeh) “Oh, itu toh yang kamu rasakan. Sini, akan kubantu untuk mengubah suasana hatimu saat ini.”
Murid: “Apa yang aku harus lakukan, Guru?”
Guru: “Sekarang kamu pergi ke dapur, dan ambil satu gelas, dan 2 genggam garam.”
Si murid pun berangkat memenuhi perintah sang guru, dengan wajah lesu tanpa semangat. Dia ke dapur, dan kembali lagi membawa barang yang diminta oleh gurunya.
Guru: “Nah..Sini muridku. Sekarang kamu ambil segenggam garam, lalu masukkan garam tersebut ke gelas berisi air. Lalu, minumlah air garam itu sedikit saja.”
Murid pun dengan rasa malas, tetapi ada rasa heran dalam pikirannya. Dia berpikir, apa maksud dari gurunya tersebut meminum air garam. Dia pun melaksanakan perintah sang guru dengan meminum air asin tersebut.
Guru: “Bagaimana rasa air tersebut, muridku?”
Murid: (meringis) “Beeeh..asin sekali. Mual sekali perutku jadinya.”
Guru: (tersenyum kecil) “Hehe..asin ya muridku. Nah, kini kau ikut aku.”
Murid: “Kemana guru?”
Guru: “Sudah jangan banyak tanya. Ikut saja.”
Lalu, sang guru pun mengajak muridnya ke sebuah danau di belakang tempat perguruan mereka.
Guru: “Muridku, ambil tadi garam yang tersisa, lalu tebarkanlah ke danau itu.”
Tanpa banyak bertanya, murid pun mematuhi perintah gurunya, menebarkan sisa garam tersebut ke danau. Rasa asin yang ada di mulutnya masih belum hilang 100%. Dia pun hanya terdiam. Ingin meludah, tapi tak dilakukannya. Tak sopan di hadapan gurunya.
Guru: “Kini, kau minum air danau itu.” Lalu, guru pun duduk di atas batu, di tepian danau.
Murid: “Emmm…asin gak ya guru?”
Guru: “Sudah, jangan banyak tanya. Kau minum saja.”
Dan muridnya pun menangkupkan kedua telapak tangannya, meminum air danau tersebut. Air danau yang segar dan dingin masuk ke tenggorokannya.
Guru: “Bagaimana rasa air yang baru kau minum itu muridku?”
Murid: “Waaah..kalau yang ini beda sekali dengan air dalam gelas tadi, guru. Terasa sangat segar.”
Air danau tersebut berasal dari sumber mata air di bukit pegunungan. Airnya mengalir melalui sungai-sungai kecil ke dataran di bawahnya, hingga berujung ke danau tersebut. Pastinya, rasa air danau itu segar sekali.
Guru: “Masih kau rasakan tidak asin dari garam yang kau tebar tadi?”
Murid: “Emm..Tidak sama sekali guru.” Si murid pun mengambil air danau sekali lagi, dan meminumnya.
Sang guru hanya menatap muridnya tersebut sambil tersenyum. Sambil menunggu muridnya selesai meminum hingga puas. Setelah selesai, guru pun berkata kepada muridnya tersebut.
Guru: “Muridku. Pesan ini harus kau ingat dalam hidupmu. Semua masalah yang kau hadapi dalam hidupmu laksana segenggam garam. Hanya segenggam garam, tidak lebih, tidak kurang.”
“Banyak masalah yang engkau hadapi dalam hidupmu sekarang dan nanti di masa depan, sudah dikadar oleh Allah SWT, sesuai dengan kemampuan dirimu. Tidak lebih, tidak kurang. Pas sesuai dengan porsinya.”
“Tidak hanya dirimu, semua manusia yang lahir pun sama. Walaupun dia seorang Nabi, tidak berarti dia bebas dari penderitaan dalam hidup.”
Si murid pun terdiam. Mendengarkan dan mencoba memahami apa yang dikatakan oleh gurunya.
Guru: “Nah, rasa “asin” yang engkau rasakan dalam setiap penderitaan, sangat bergantung dari qalbu yang menampungnya. Jika kau ingin tidak terasa menderita, janganlah qalbu menjadi gelas. Luaskan qalbu di dalam dadamu tersebut, seluas danau.”
Referensi: BlogMotivasi
Postingan ini dimodifikasi pada 22 Januari 2016 2:22 pm
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar