Saat remaja banyak yang tertarik pada lelaki yang tampan atau wanita yang cantik. Remaja lebih mudah jatuh cinta pada orang yang disukainya dari fisik semata, aspek yang lain dinomorduakan. Ini wajar, aspek psikologis masa remaja masih dalam tahap perkembangan, belum ada keseimbangan. Lebih mengedepankan emosi, nafsu, perasaan minim logika.
Namun, beranjak dewasa dan mulai memahami tantangan kedepan makin berat, urusan wajah bisa jadi nomor kesekian. Cinta semakin logis, walau tentu tak mengesampingkan masalah kecenderungan jiwa. Perasaan bukan lagi faktor utama dalam memilih pasangan, tetapi banyak aspek yang sangat dipikirkan dengan logika.
Bagi pria atau wanita yang telah siap di jenjang yang lebih mapan, tentu tidak sembarangan dalam memilih pasangan. Bagi sebagian besar pria/wanita di fase ini sangat logis dalam mencari pasangan. Mereka tidak lagi bicara tentang suka, jatuh cinta, atau jatuh hati, tetapi jauh ke depan. Bagaimana sebuah hubungan bisa dibangun dalam 5, 10, 25, 50 tahun ke depan bahkan sampai akhir hayat.
Ya. Menjalin sebuah hubungan tidak lagi bicara tentang perasaan satu sama lain, tetapi bagaimana bisa menerima keadaan masing-masing dan keluarganya. Hubungan pernikahan yang terjalin, bukan lagi bicara aku dan kamu, tetapi dua keluarga besar yang disatukan. Jika tidak bisa menerima keadaan keluarga masing-masing, maka akan banyak terjadi benturan-benturan yang bisa jadi akan mengguncang hubungan itu sendiri.
Kesamaan visi dalam sebuah hubungan pernikahan itu sangat penting. Meskipun, dari latar belakang yang berbeda, watak berbeda, profesi berbeda, dll tetapi jika bicara pernikahan, maka perbedaan-perbedaan itu harus luluh dalam satu visi yang sama. Satu visi dalam sebuah keluarga dengan tujuan jauh ke depan.
Setiap pasangan yang berorientasi jangka panjang, tentu mengedepankan aspek kenyamanan dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik menjadi faktor kunci terpenting dalam sebuah keharmonisan hubungan.
Pria / wanita yang serius menjalin sebuah hubungan akan melihat potensi di masa depan pasangannya, apakah akan menjadi baik, lebih baik lagi di masa depan. Jika saat ini, pasangannya belum sukses, tetapi memiliki visi misi yang jelas, maka pria/wanita tersebut berpotensi besar untuk sukses di masa depan. Selain itu, orientasi hubungan yang dijalin tidak hanya sebatas dunia saja, tetapi juga akhirat.
Namun, hal ini tidak dapat ditemukan dengan “Jatuh Cinta”. Karena jatuh cinta mengesampingkan hal-hal di atas. Itulah mengapa banyak yang menyesal saat menikah dengan seseorang hanya sekedar cinta buta tanpa logika. Inilah yang dinamakan “Bangun Cinta”. Disinilah “Bangun Cinta” menjadi sangat penting.
1. Membangun kesamaan visi.
2. Menyelaraskan sikap hidup bersama pasangan dengan latar belakang berbeda.
3. Merancang keluarga impian yang diharapkan.
Postingan ini dimodifikasi pada 16 Oktober 2015 4:36 pm
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar