Ciri Remaja yang Memiliki Harga Diri (Self Esteem) Tinggi
Self Esteem atau harga diri berpengaruh terhadap bagaimana seseorang menampilkan diri dan berfungsi di lingkungannya. Mereka yang memiliki harga diri tinggi berpeluang untuk menampilkan diri lebih baik daripada mereka yang harga dirinya rendah.
Remaja yang memiliki harga diri tinggi tercermin dalam perilaku kesehariannya, di semua kondisi dan tempat. Tentunya, sebagai orangtua mengetahui perilaku yang menjadi ciri-ciri tersebut sangat penting untuk lebih memahami mereka.
Berikut ini adalah perilaku yang ditampilkan pada remaja yang memiliki harga diri tinggi:
Mengungkapkan pendapat dengan penuh percaya diri
Remaja dengan harga diri tinggi, umumnya merasa aman dan nyaman untuk mengungkapkan pendapatnya (percaya diri), karena ia memperoleh dukungan dari lingkungannya. Mereka yang sering disalahkan, cenderung kurang berani dan takut salah berbicara.
Tekanan suara dan pilihan diksi (bahasa) yang sesuai untuk situasi yang dihadapi
Harga diri yang tinggi akan tertangkap dari bagaimana seseorang berbicara, dari tekanan suara, volume, pilihan kata, dan lain sebagainya.
Duduk dan bergabung bersama teman seusianya dalam aktivitas sosial
Orang yang sudah memiliki identitas diri yang mantap, akan tahu di mana tempatnya berada dan memilih berinteraksi dengan teman seusianya.
Tidak memilih berteman dengan yang lebih muda agar terasa lebih tinggi/hebat. Tidak juga memilih bergaul dengan yang lebih tua.
Bersedia dan dengan gembira mengeksplorasi aktivitas-aktivitas baru untuk mengetahui apakah mereka akan menyukainya atau tidak
Mereka yang memiliki harga diri tinggi, siap untuk mencoba hal-hal baru dan mengembangkan wawasannya lebih luas. Mereka tidak skeptis dan menghindari hal-hal baru, atau lebih menyukai hal yang stabil dan sama terus-menerus.
Dapat mengembangkan hubungan yang sesuai dengan orang dewasa
Remaja yang harga dirinya tinggi, tahu bagaimana bersikap yang sesuai pada orang yang lebih tua. Sopan santun, menolong dan kepedulian pada orang yang lebih tua, menunjukkan hal tersebut.
Dapat bekerja sama dalam kelompok
Dapat memberi dan menerima. Peka terhadap kebutuhan orang lain dan tahu keterbatasan diri, adalah beberapa perilaku yang membuat orang bisa bekerja sama dengan baik
Bisa menjadi pengikut (follower) sebagaimana juga bisa menjadi seorang pemimpin (leader)
Pemahaman bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan keterbatasan membuat seseorang tahu kapan dan bagaimana menempatkan diri sebagai follower dan leader.
Saat ia menjadi pengikut ia bersedia mematuhi aturan dan saat mejadi leader ia tahu cara berkomunikasi dan memimpin anggotanya.
Menghadap pada orang saat berbicara atau saat orang berbicara kepadanya
Tidak memalingkan muka, menghindar dan duduk atau berdiri menghadapi orang yang berkomunikasi dengannya adalah salah bentuk harga diri tinggi.
Menatap mata orang (eye contact) dengan wajar saat bercakap-cakap
Tidak mengalihkan atau menghindari tatapan mata ke arah lain saat bercakap-cakap.
Tidak ragu meminta pertolongan saat membutuhkan
Tahu keterbatasan diri dan berani menyatakannya dalam bentuk permintaan tolong. Bukan bergantung sepenuhnya kepada orang lain.
Berani mengatakan kebenaran sekalipun hal itu berpeluang membuatnya menghadapi masalah
Remaja yang memiliki harga diri tinggi, berani menghadapi konsekuensi dari perbuatannya. Sehingga ia berani menyatakan suatu kebenaran.
Berani mengakui bahwa ia tidak paham suatu hal
Dorongan untuk belajar dan mengembangkan diri lebih besar daripada rasa gengsi.
Berinisiatif berkenalan dengan orang baru dengan cara yang wajar
Masih berkait dengan keinginan untuk memperluas cakrawala dan pergaulan, membuatnya senang berkenalan dengan orang baru dalam ragam situasi.
Menjaga jarak yang wajar dan nyaman antara dirinya dengan orang lain
Bila ia menemukan bahwa ia perlu menjaga jarak dengan orang-orang tertentu (misal yang membawa pengaruh buruk), remaja dengan harga diri tinggi tahu cara yang wajar untuk melakukannya. Tidak membuat dirinya resah dan orang lain tidak nyaman.
Bicara tanpa ragu dan lancar
Perasaan tidak nyaman, membuat otak berpikir (korteks) kurang bekerja optimal. Hal ini tampil pada bagaimana seseorang berbicara dan mengungkapkan pikirannya melalui bahasa.
Bersedia belajar dari kesalahan-kesalahannya
Keterbukaan untuk memperbaiki diri, didasari oleh pemahaman atas keterbatasan dan dorongan untuk meningkatkan diri.
===============
Poin-poin di atas dapat membantu kita para orangtua dan guru untuk memahami remaja. Hal-hal apa yang masih perlu diatasi dan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu remaja mengembangkan dirinya.
Dan memasuki level perkembangan berikutnya (dewasa muda) dengan kesiapan yang lebih baik.
*Sumber Tulisan: Understanding and Mentoring the Hurt Teenager, Diana Lea Baranovich (terjemahan dengan tambahan penjelasan).
*Penulis / Penerjemah: Bunda Yeti Widiawati