Bunda..waktu yang dimiliki seorang ibu sama 24 jam, dan bunda sebagai ibu selama 24 jam itu memilih, akan mengerjakan apa. Bagi bunda yang menjalankan peran ibu bekerja tentu memiliki tantangan sendiri. Pun demikian bagi seorang ibu yang beraktivitas di rumah.
Bunda yang beraktivitas di rumah, derajat kesulitannya berada pada keteraturan. Apalagi jika sedang menyusui. Aktivitas menyusui kan tidak bisa diduga jam berapa kita melakukannya. Jam tidur bayi juga tidak selalu pas.
Ketidakteraturan ini menimbulkan kegelisahan tersendiri. Inginnya mengerjakan ini itu, tapi kapan mulai, kapan mengakhirinya tak menentu.
Jika terasa sekali perasaan gagal menjadi ibu yang baik dan benar, karena terbengkalainya pekerjaan. Segera menepilah. Tenangkan diri.
Lalu dalam ketenangan itu, tulislah tugas-tugas utama ibu, misal:
Berapa waktu yang diperlukan untuk setiap pekerjaan. Lalu kapan waktu itu tersedia.
Analisa juga system support yang Bunda miliki apa saja. Atau ada tidak yang tadinya kita tidak miliki lalu bisa kita miliki.
Misal, setelah di-list ternyata ada waktu satu jam setiap setelah bayi tidur malam. Satu jam ini mau dipakai apa? Jika kita memilih mengerjakan semua, kan tidak akan tuntas. Lalu dipakai apa? Maka pilihlah pekerjaan yang mencukupi waktu menyelesaikannya. Misal dipakai mencuci atau menyetrika bergantian dua hari sekali.
Pagi punya waktu sedikit untuk masak ketika suami belum berangkat. Menu apa yang bisa satu menu tapi kandungan gizinya lengkap. Siang tak terkejar masak, cari solusinya, dari mulai memakai tips memasak cepat sampai membeli matang. Pilih sesuai kemampuan dan kebahagian.
Perlengkapan apa yang bsa digunakan untuk menghemat waktu dan tenaga?
Ketika saya memutuskan tidak memiliki asisten rumah tangga dengan berbagai pertimbangan, maka perlengkapan yang bisa disediakan, disediakan agar pekerjaan bisa dilakukan tanpa rasa malas.
Semua hal berkaitan dengan pekerjaan direnungkan dan dipikirkan strateginya. Bukan sekedar dipikirkan banyaknya pekerjaan.
Hindari overload pekerjaan, Bunda…
Mungkin kita mahir segala macam pekerjaan. Mungkin kita ahli baking, ahli craft, ahli laundry, ahli interior, ahli segalanya. Ingin kita kerjakan semua dengan sangat profesional, akan tetapi jika waktunya tidak ada, maka realistis saja.
Mau baking satu jam, atau mau beli hasil baking teman? Itu pilihan, Bunda..
Mau baking dan libur mencuci? Itu juga sebuah pilihan, Bunda..
Mau baking seminggu sekali, sebagai me time?
Perlu dipikirkan strateginya supaya bisa tenang melakukan apapun, karena tahu kapan kita akan melakukannya. Ketika menyusui ingin baking. Menyusui gelisah, baking tetap tidak bisa dilakukan. Pilihlah yang seikiranya tepat.
Memang hasil kerja pada beberapa sisi tidak luar biasa, tapi yakin ada hal luar biasa yang sedang kita lakukan dan tidak bisa terulang waktunya.
Misalnya membentuk ikatan batin dengan bayi. Dengan mengasuh bayi yang menyita waktu, dan tenaga itu, bisa menjadi jalan kemudahan kita kelak, itu hal luar biasa yang perlu kita syukuri sudah diberi kesempatan untuk melakukannya.
Jika memang sempit sekali waktu yang dimiliki, turunkan standar dan berdamailah dengan penurunan standar itu. Jika standar tidak mau kita turunkan. Support juga tidak kita cari, maka itu namanya menenggelamkan diri dalam masalah. Rasa gagal akan terus menerus menghantui.
Mengenali pekerjaan, memilih strategi, berdamai dengan resiko resiko, akan lebih menenangkan.
Satu strategi yang dirasa tepat oleh seorang ibu, tidak selalu dirasa tepat oleh ibu lain. Karenanya tidak usah merasa hebat di atas pilihan orang lain. Tidak usah merasa kalah dengan perbedaan pencapaian pada beberapa sisi, jika itu semua dilakukan dengan penuh kesadaran.
Jika ada seorang ibu yang memilih catering, dan menurut kita itu tidak ideal, tidak perlu pusing memikirkan pilihan orang lain, karena bisa jadi di sisi yang lain ia lebih sungguh sungguh dari pada kita.
Demikian juga jika ada yang memilih untuk jarang menata rumah, targetnya minimalis dalam hal penataan rumah, sudahlah itu benar benar pilihan orang lain.
Pemicu stress seorang ibu terkadang lebih karena adu kehebatan daripada ketuntasan pekerjaan itu sendiri.
Jika Bunda benar-benar merasa kewalahan terhadap pekerjaan, coba buat standar yang sangat minimalis. Lebih baik mulai dari minimal dan kita sering berhasil, daripada pasang target tinggi dan sering gagal.
Bekerja realistis bukan malas. Bekerja realistis direncanakan dan disadari.
Sumber Tulisan:
Postingan ini dimodifikasi pada 3 Maret 2016 12:06 pm
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar