Dalam artikel sebelumnya, telah dijabarkan tentang tips mengajarkan anak mengelola uang sejak dini. Selanjutnya tidak kalah penting, bagaimana cara mendapatkan uang tersebut. Kali ini saya mau berbagi tentang kedua putra saya (usia 8 & 6 tahun) yang belajar ber-wirausaha. Tentu bukan mengenai hasil akhir mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya yang jadi tujuan utama, tetapi seperti yang telah saya tulis mengenai anak belajar mengelola uang sejak dini, yang utama adalah menyiapkan anak untuk mandiri ,kreatif, melatih kemampuan berkomunikasi, dll.
Selama proses anak-anak berwirausaha berbagai mata pelajaran digunakan, terutama : matematika dan seni. Untuk anak pertama saya tidak hanya sekedar membuat dan menjual tapi juga sudah mulai saya ajarkan pembukuan keuangan sederhana, berapa Rp modal yang diperlukan dan berapa harga jual sehingga tidak rugi/dapat untung (nanti saya beri contoh di bawah).
Anak pertama saya mulai ber-wirausaha sejak 1st grade (kelas 1 SD di Amerika Serikat), sementara adiknya mulai lebih awal yaitu saat TK. Secara umum ada 3 bidang usaha yang mereka lakukan yaitu : Membuat hasil karya, memasak makanan, dan menjual barang bekas. Mari simak penjelasan lebih detilnya:
Anak pertama saya senang berkreasi dengan sumber daya sederhana seperti kertas. Sejak TK anak saya suka membuat origami, tidak ada yang mengajarkan, cukup lihat buku petunjuk atau lihat contoh di youtube dia bisa bikin sendiri (sekali-sekali saja untuk bagian yang sangat sulit seperti menyambung bagian kecil minta bantuan). Ketika kelas 1 SD dia sudah bisa membuat berbagai bentuk rumit seperti di gambar kiri tengah : fireball, sea star, kucing, piano, box, berbagai jenis bunga, berbagai jenis pesawat, dll. Mulai dibawa ke sekolahnya dulu dan rata-rata dijual seharga $1.
Saat ini sudah bosan origami dan beralih membuat papercraft robot seperti gambar kiri atas. Rencananya yang agak besar dijual Rp 2.000, yang sedang Rp 1.000, yang kecil Rp 500. Kalau untuk origami cukup bermodal kertas origami, untuk papercraft bermodal kertas karton putih manila dan polanya di print, bisa pola kosong untuk diwarnai/dihias sendiri , bisa juga dengan pilihan pola berwarna.
Sejak tinggal di Amerika Serikat, sebenarnya mengumpulkan botol plastik dan kaleng sudah kami lakukan. Waktu di Amerika Serikat, di supermarket besar seperti WallMart sudah tersedia mesin penampungnya jadi tinggal masukkan dan keluar koin uangnya sebanyak yang kita masukkan (bisa lihat di comment fotonya).
Sejak kembali ke Indonesia, dengan adanya program bank sampah di kelas membuat anak saya semakin semangat mengumpulkan sampah/barang bekas dan tidak segan mengambil botol bekas di jalan yang masih terlihat bersih. Saya infokan juga bahaya buang sampah sembarangan, pentingnya memilah sampah dan mengenai daur ulang.
Sekedar info berikut ini beberapa harga jual sampah/barang bekas Per kg (sekedar catatan harga jual itu ada 2, ada harga warga, ada harga unit yang lebih tinggi, jadi kalau jual ke pengepul diambil harga warga atau bahkan lebih rendah). Untuk barang-barang plastik, harus rajin melepaskan merknya, karena harga jualnya jauh lebih tinggi.
1. Koran / Dus-Box / Kertas semen : Rp 1.400
2. Kertas campur : Rp 1.000
3. Majalah : Rp 800
4. Cup A Gelas Aqua Tanpa label : Rp 6.500
5. Gelas Aqua dengan label , Toples kue kering : Rp 2.500
6. Botol plastik berwarna (seperti si Mijon) : Rp 1.400
7. Botol plastik bening PET A (seperti bekas air mineral) : Rp 3.500
8. Tutup gallon : Rp 4.000
9. Kaleng : Rp 1.600
Seperti yang ada di gambar kanan, semalam anak-anak menyiapkan masakan untuk jualannya. Mereka beri nama : Jelly lapis buah. Jenis makanan-minuman lain yang pernah mereka masak sendiri dan dijual yang gampang2 saja seperti macam2 jelly, agar2, minuman seperti milkshake, makanan seperti sandwich.
Nah berikut ini perhitungan modal harga bahan jelly lapis buah :
2 jenis bubuk jelly = 2 x Rp 5.900 + Sendok kecil @Rp 100 + Cup plastic @Rp 290 + Buah potong Rp 5.000. Setelah ditotal jumlah modal dibagi dengan banyaknya cup yang dihasilkan maka modal per cup itu Rp 1.300.
Anak saya sudah survey jualan makanan sejenis di sekolah harga berapa maka ditentukan harga jual : Rp 2.000 per cup, jadi untung Rp 700 per cup. Kira-kira begitu matematika sederhananya yang anak saya buat di pembukuan keuangannya.
Sumber Tulisan:
Bunda Fatimah Berliana Monika Purba dengan beberapa perubahan redaksional.
Postingan ini dimodifikasi pada 17 November 2015 5:11 am
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar