Apakah Anak Gemuk Pasti Sehat?
Beberapa waktu lalu seorang Ibu bertanya pada saya : “Mbak, suplemen apa ya supaya anak gemuk?” Kalau iseng googling keyword : Suplemen agar anak gemuk. Maka akan ditemukan berbagai produk yang claim bisa bikin anak gemuk.
Selang beberapa lama sebelumnya, ada orang berkomentar akan “penampakan” kedua putra saya : “ Anak-anakmu kok kurus banget”. Hmm.. males banget deh saya tunjukkan persentil mereka : GC (Growth chart / kurva pertumbuhan) WHO BB (Berat badan) dan TB (Tinggi badan) mereka, juga BMI (Indeks Massa Tubuh) nya. Kedua anak saya tingginya di atas rata-rata normal anak seusianya, persentil TB anak pertama saya bahkan lebih dari Persentil 90 dan tahun lalu diskusi sama pediatrician (dsa) kami di AS prediksinya saat usia 19 tahun anak pertama saya bisa mencapai tinggi hingga 190 cm !
Anak kedua juga tidak jauh berbeda dengan kakaknya, persentil TB nya ada di persentil 80an. BB keduanya stabil di persentil 40-50an. Sementara BMI anak-anak saya berdasarkan kalkulator BMI CDC (link nya ada di bawah) : Based on the height and weight entered, the BMI is 15.6, placing the BMI-for-age at the 44 th percentile for boys aged 9 years 2 months. This child has a Healthy Weight.
Sementara orang dewasa tidak mau/tidak suka disebut gemuk / gendut, kebalikannya untuk anak-anak, masih banyak orang tua (terutama Ibu – Nenek) yang ingin anaknya – cucunya gemuk. Karena persepsi yang umum hingga saat ini masih ada adalah : Gemuk pertanda sehat atau “Tampak” Kurus pertanda tidak sehat. Dan bayi-anak gendut itu Lucu. Benarkah demikian?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari samakan dulu definisi gemuk-kurus-obesitas.
Untuk anak berusia kurang dari 2 tahun (Bayi baru lahir hingga usia 2 tahun) maka kita menggunakan Growth Chart / Kurva pertumbuhan WHO. Ada yang masih tidak mengerti caranya? Silahkan download Software resmi dari WHO namanya WHO Anthro.
Nah untuk bayi-anak < 2 tahun, maka yang diperlukan adalah opsi BB/TB (berat badan per tinggi badan). Bila jatuh pada Persentil =>85 atau di sistem Z Score =>1 maka bayi-anak yang berusia < 2 tahun tersebut termasuk kategori Overweight / Kelebihan BB. Untuk bayi-bayi baru lahir memang untuk penilaian cepat biasanya saya hanya mementingkan pertumbuhan BB saja, tetapi sebenarnya pertumbuhan TB dan LK (Lingkar Kepala) juga perlu terus dimasukkan ke kurva pertumbuhan terpisah.
Sementara ketika anak sudah berusia 2 tahun ke atas (hingga 19 tahun) maka gunakanlah BMI (Body Mass Index) / Indeks Massa Tubuh yang prinsipnya dapat memperkirakan lemak tubuh (catatan : hanya perkiraan karena bisa saja anak dengan massa otot yang besar BB nya besar).
Rumus BMI : BMI = Berat Badan / (Tinggi Badan * Tinggi Badan). Satuan Berat Badan (BB) adalah Kilogram (kg), Satuan Tinggi Badan (TB) adalah Meter (m).
Tapi tidak perlu pusing-pusing dari link ini ada kalkulator BMI untuk anak dari CDC dengan interprestasinya seperti contoh BMI anak saya di atas.
Ketika angka BMI anak didapat, maka orang tua memasukkannya ke BMI Chart/kurva BMI (Seperti Growth chart tapi khusus BMI) atau bila ingin tau satu titik saja di link kalkulator BMI tersebut langsung diberi tahu ada di persentil berapa. Chart/grafik laki-laki dan perempuan berbeda. Kenapa tetap perlu tau ada di persentil berapa di grafik/ chart? Karena kita perlu membandingkan kondisi anak kita dengan populasi, misal bila persentil BMI 40 artinya 40% anak lain BMI nya lebih rendah dari anak kita atau 60% anak lain BMI nya lebih besar dari anak kita.
Kategori kondisi anak kita ada di mana bisa menggunakan standar berikut :
1. Underweight / Berat badan kurang : BMI kurand dari Persentil 5
2. Berat Normal : BMI berada pada Persentil 5 hingga kurang dari 85
3. Overweight / Berat badan lebih : BMI pada Persentil 85 hingga kurang dari 95
4. Obese / Obesitas : BMI berada pada Persentil 95 atau lebih
Persentase anak-anak yang Overweight di AS terus meningkat di mana saat ini 1 dari 3 anak masuk kategori Overweight hingga Obese.
Lalu apa masalahnya kalau anak masuk kategori Overweight hingga Obese?
1. Meningkatkan resiko menderita diabetes tipe 2
2. Meningkatkan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Meningkatkan resiko kolesterol tinggi
No 1-3 meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke
4. Sulit bernapas sehingga berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya lebih berat
5. Masalah tidur seperti OSA (Obstructive Sleep Apnea) = Berhenti napas saat tidur
6. Meningkatkan resiko penyakit pada organ ginjal dan empedu
7. Anak perempuan dapat mengalami siklus menstruasi tidak teratur
8. Masalah fertilitas / kesuburan saat dewasa
9. Arthritis karena sendi-sendi harus membawa beban yang terlalu berat
10. Meningkatnya resiko menderita ADB (Anemia Defisiensi Besi). Penelitian dengan sampel besar di AS melibatkan 9.698 anak menemukan bahwa anak gemuk meningkat resiko menderita ADB. Hal ini sejalan dengan suvey di AS yang menemukan banyak anak gemuk di AS tapi ADB, apa yang mereka konsumsi bisa ditebak : Minum susu berlebihan, pola makan yang buruk : makanan junk food, kurang sayur-buah, aktivitas fisik yang sangat kurang (banyak nonton TV, main game , menggunakan gadget yang dilakukan sambil makan).
11. Dari sisi psikologis, anak gemuk overweight hingga obese cenderung rentan diejek, diganggu hingga dibully. Anak-anak ini rentan depresi hingga mengalami kelainan makan seperti anoreksia, bulimia
Jadi terjawabkah pertanyaan : Anak Gemuk = “Pasti” Sehat ?
Sumber Tulisan:
Bunda Fatimah Berliana Monika Purba