Bagi muslim, segala sesuatunya sudah diatur dengan baik dan jelas. Termasuk dalam konteks muamalah, ada adab-adab yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya adalah adab berbicara dalam Islam.
Banyak yang mengenal ungkapan seperti ini, “Lidah itu memang tidak bertulang”. Pasti sudah tidak asing mendengar ungkapan tersebut, bukan? Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa lidah sangatlah mudah untuk digerakkan ke berbagai arah.
Lidah dapat dibengkokkan, diluruskan ke atas, bawah, kanan, ataupun kiri. Atau lidah bisa juga dilipat secara vertika dan horizontal. Itulah lidah.
Lidah merupakan salah satu organ tubuh yang begitu vital bagi manusia, sekaligus berpotensi untuk menjerumuskan seorang manusia ke dalam azab dan murka Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus mengenal adab berbicara dalam Islam agar mampu mengkontrol gerak pembicaraan dengan baik.
Dalam mengendalikan lidah agar tidak melulu bicara dalam hal yang mungkar, ada adab berbicara dalam Islam yang telah disebutkan dengan jelas.
Dalam sudut pandang Islam, adab berbicara ini terdapat beberapa poin yang jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Insya Allah akan senantiasa menjaga lidah kita dari perkataan buruk dan senantiasa selalu dalam kebaikan.
Ini sesuai dengan salah satu firman Allah SWT, yang memiliki arti:
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al Ahzab : 70)
Ada berbicara dalam Islam yang pertama adalah menggunakan akal dan nurani kita terlebih dahulu sebelum berkata-kata. Lisan bagi orang yang berakal berasal dari balik hati nurani yang terdalam.
Sebaiknya, ketika hendak berbicara, kembalikan dahulu ke nurani kita. Jika pembicaraan tersebut ada manfaatnya, maka berbicaralah. Jika lebih banyak mungkarnya, sebaiknya menahan diri.
Ini sesuai dengan sebuah hadits dalam Bukhari-Muslim, menyebutkan bahwa:
“Lisan orang memiliki akal timbul dari hati nuraninya. Maka saat ingin berbicara, lebih dahulu dia kembalikan kepada nuraninya. Jika ada manfaat bagi dirinya, dia berbicara dan jika berbahaya, maka dia menahan diri. Sementara itu, hati orang bodoh berada di mulutnya, dia berbicara sesuai apa saja yang dia mau.” (HR. Bukhari-Muslim)
Adab berbicara dalam Islam selanjutnya adalah dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan jauh lebih baik jika kita berbicara dengan jelas dan tidak bertele-tele.
Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud.
“Bahwasanya perkataan Rasulullah saw itu selalu jelas dan dapat dipahami oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud)
Sebagai muslim, hendaknya kita bisa memfilter apa yang ingin diucapkan. Jauhkan diri kita dari pembicaraan yang mengandung kebathilan. Ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam sebuah hadits.
“Sesungguhnya seorang hamba berkata satu kata yang Allah SWT ridhai dan dia tidak mengira akan mendapatkan demikian sehingga dicatat Allah SWT, keridhoan-Nya bagi orang tersebut hingga nanti di hari Kiamat. Dan seorang lelaki berkata satu kata yang Allah SWT murkai yang tidak dikiranya akan berkata demikian, maka Allah SWT mencatat yang demikian itu hingga hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Adab berbicara dalam Islam lainnya adalah menghindarkan diri kita dari kebiasaan mencela dan berkata keji kepada orang lain.
“Bukanlah seorang mukmin jika dia suka mencela, melaknat serta mengucapkan kata-kata keji.” (HR. Tirmidzi)
Pembicaraan yang sebaiknya kita hindari adalah banyak bicara dan mengandung kesombongan. Banyak bicara biasanya akan menjerumuskan seseorang pada kesombongan dan kemungkaran.
“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan paling jauh dari aku nanti di hari Kiamat adalah orang yang banyak bicara, orang pura-pura fasih dan orang yang mutafaihiqun”. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa itu mutafaihiqun? Nabi menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Tirmidzi)
Setiap muslim sebaiknya mencirikan seseorang yang jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan. Hindari pembicaraan yang mengandung dusta di dalamnya.
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, jika dia bicara berdusta, jika dia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Bukhari)
Seringkali kita sangat mudah terjerumus dalam ghibah dan menceritakan kejelekan-kejelekan orang lain. Akan jauh lebih baik jika kita melihat kejelekan saudara muslim, kita tidak membicarakannya dengan orang lain. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Ghibah adalah kamu menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang dibenci.” Orang itu kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika sesuatu yang diceritakan tersebut memang benar ada padanya ?” Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Kalau memang benar, itu namanya ghibah. Bila tidak benar, maka engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)
Ada kalanya kita di saat-saat tertentu butuh penyegar dengan bercanda dan tertawa. Itu hal yang sangat lumrah sebagai manusia. Adab berbicara dalam Islam selanjutnya memberikan anjuran tentang hal ini.
Allah SWT memperingatkan untuk tidak bercanda dan tertawa yang terlalu berlebihan. Di sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi Allah SWT kelak di hari Kiamat adalah orang-orang yang sering membuat manusia tertawa.” (HR. Bukhari)
Adab berbicara dalam Islam lainnya adalah menghindari sebuah pembicaraan yang menjurus kepada perdebatan yang tidak membawa banyak manfaat.
“Aku menjamin rumah di dasar surga untuk orang yang menghindari berdebat walaupun dia benar, dan aku menjamin rumah di tengah surga untuk yang menghindari dusta sekalipun bercanda, dan aku menjamin rumah di puncak surga untuk yang akhlaknya baik.” (HR. Abu Daud)
Jika ada perkataan yang memang dianggap penting, sebaiknya kita mengulanginya. Ini akan memberikan manfaat bagi yang mendengarnya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa,
Anas ra telah berkata : “adalah Rasulullah SAW bila berkata maka beliau mengulanginya hingga 3 kali sampai semua yang mendengarkan menjadi paham, dan jika Rasulullah SAW datang ke rumah seseorang maka beliau pun mengucapkan salam 3 kali.” (HR. Bukhari)
Adab berbicara dalam Islam berikutnya adalah saat memberikan pujian kepada orang lain. Maka, ketika memberikan pujian sebaiknya tidak berlebihan, adil dalam memberikan pujian dan berhati-hati. Ini didasarkan pada sebuah hadits berikut.
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: “Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad dengan berlebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang tersebut, kemudian berkata: Nabi SAW memerintahkan kepada kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang suka memuji.” (HR. Muslim)
Ketenangan dalam berbicara merupakan salah satu adab berbicara dalam Islam yang perlu diperhatikan. Ketika kita bicara dengan tenang, maka yang keluar dari mulut adalah kejernihan dari nurani dan akal kita. Dalam sebuah hadits disebutkan,
Aisyah ra berkata: “Sesungguhnya Nabi SAW jika membicarakan suatu perkataan, jika ada orang yang menghitungnya, niscaya dia dapat menghitungnya.” (Mutta-faq’alaih)
Adab berbicara dalam Islam selanjutnya adalah menghindari hal-hal yang kita dengar untuk dibicarakan kembali. Ini untuk menghindari kita membicarakan sesuatu yang masih belum pasti kebenarannya. Di sebuah hadits disebutkan bahwa,
Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw telah bersabda, “Cukup menjadi sebuah dosa untuk seseorang yaitu jika dia membicarakan semua apa yang sudah didengar”. (HR. Muslim)
Adab berbicara dalam Islam yang terakhir yang perlu diperhatikan sebagai muslim adalah menghindari memonopoli pembicaraan dan memotong perkataan orang lain.
Jika lawan bicara sedang berbicara, tunggulah sampai dia menyelesaikan pembicaraannya. Sebaiknya tidak langsung memotong atau menyela apa yang dia ucapkan.
Ini untuk menjaga perasaan lawan bicara kita agar tidak tersinggung dan kesal. Orang lain akan menganggap diri kita tidak memiliki etika jika terus menyela pembicaraan.
Itulah 14 adab berbicara dalam Islam yang hendaknya kita pahami dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi Tambahan:
Postingan ini dimodifikasi pada 14 November 2016 7:00 am
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar