Perlukah Orang Tua Mengenalkan Tokoh Kartun pada Anak?
Kapan kita mulai mengenalkan tokoh kartun pada anak? Ada superman, batman, princess, dora, spongebob, mickey, dll.
Entahlah, sepertinya ada kecenderungan orangtua terutama ibu untuk mengenalkan berbagai tokoh kartun pada anak-anaknya. Sampai-sampai si anak mengidolakan tokoh kartun itu sedemikian rupa.
Segala pernak perniknya mengandung tokoh kartun tersebut. Gelas, piring, baju, sprei, meja belajar, buku tulis, bahkan alat sholat pun mengandung gambar karakter-karakter itu.
Mungkin maksudnya lucu, sayang anak, modern, trendy. Tapi banyak juga ibu yang memberikan tokoh kartun itu karena si ibu yang fanatik, bukan anaknya.
Mungkin si ibu ingin memberi motivasi agar anak giat belajar, rajin sholat, pintar makan dengan gambar tokoh kartun di benda-benda yang dimiliki anak. Tapi yaa.. namanya mendidik anak, jangan pakai coba-coba. Kita ingin mendidik anak taat kepada Allah ya harus dengan memperkenalkan Allah.
Bagaimana bisa mendidik anak mencintai Rasul jika kita cekoki mereka dengan aneka gambar kartun yang bahkan sifat-sifatnya jauh dari ajaran Islam.
Sejak dulu saya merasa cukup moderat dalam mendidik anak. Tapi masalah tokoh kartun ini, saya dan suami cukup strict.
Kami khawatir pengenalan tokoh kartun yang tidak bermanfaat malah mengganggu aqidah anak-anak. Mungkin kami dianggap berlebihan dalam hal-hal yang sepele.
Tapi dalam keluarga kami, masalah ini termasuk penting sekali. Role model anak-anak di awal usianya jangan sampai tercemar dengan sesuatu yang melanggar syariat.
Itulah mengapa sejak menikah kami tidak menyediakan TV untuk anak-anak. Hingga belasan tahun anak-anak tidak mengenal TV dan tidak mengenal tokoh kartun kecuali selewat saja.
Tidak ada yang menyukai suatu tokoh kartun secara khusus, apalagi sampai fanatik. Dan ternyata, ketidaktahuan mereka tentang berbagai tokoh kartun yang trend di kalangan anak-anak tidak membuat mereka terisolasi dari lingkungan.
Tidak juga membuat mereka kuper. Ya biasa saja. Bahkan, anak-anak tidak ambil pusing dengan obrolan seputar sosok gambar kartun.
Karena tidak memiliki TV, kami biasanya menonton CD film tertentu baik animasi maupun kartun. Kami menontonnya bersama-sama..
Ayah, ibu dan anak-anak sebagai salah satu sarana menjaga kedekatan antar anggota keluarga. Kami akan membahas jalan ceritanya, pelajaran yang bisa diambil, adegan-adegan lucu, kalimat-kalimat menarik.
Tak lupa membahas hal-hal yang bertentangan dengan syariat jika ada adegan tersebut di film. Mengenalkan mereka dengan teori konspirasi saat ada hal-hal yang menunjukkan hal tersebut di film.
Bagaimana sikap Islam terhadapnya, dan bagaimana hal tersebut sering terjadi di dunia nyata. Tapi kami tidak pernah terpaku pada tokoh kartunnya. Kami tidak akan membeli souvenir bergambar si tokoh kartun tersebut.
Ya sosok kartun tersebut biarlah berlalu.. Tidak penting sama sekali. Tokoh utama yang baik tidak selalu berlaku benar.
Itu sebabnya kami menekankan pada anak-anak bahwa gambar kartun bukan untuk dipuja dan diidolakan. Cukup menjadi hiburan, penambah wawasan, dan bahan pelajaran saja.
Kami melarang anak menganggap superhero sesuatu itu hebat. Kami akan sampaikan bahwa itu fiktif. Yang hebat betulan itu adalah manusia nyata, Rasulullah, para Nabi,Sahabat Nabi, dll.
Yang hebat itu adalah para syuhada Palestina, para mujahid Islam. Kalau ini dianggap doktrin, kami lebih suka mendoktrin anak dengan sesuatu yang benar dan nyata daripada doktrin dengan hal fiktif yang tidak jelas.
Kita harus waspada jika anak terlalu fanatik dengan karakter tertentu. Mereka tak segan meniru karakter sosok kartun tersebut, baik benar maupun salah. Haq maupun batil.
Apalagi jika berkenaan dengan peralatan ibadah, hindari saja tokoh-tokoh kartun seperti itu. Absurd juga jika dalam mukena dan sarung untuk shalat ada karakter yang jadi mirip berhala.
Ada tokoh kartun yang mengumbar aurat, ada karakter yang berpakaian ketat, ada gambar orang berdua-duaan bergandengan tangan bukan dengan muhrimnya.
Ingat, kita sedang mengajarkan SHALAT, ibadah utama yang menghendaki hubungan langsung antara hamba dan rabbnya. Seringkali visualisasi dan kenangan anak dalam shalat akan terbawa terus hingga dewasa.
Bagaimana jadinya kalau yang diingatnya dalam shalat adalah princess berpakaian minim, superhero berpakaian ketat, orang berpacaran, dll.
Jadi kapan anak mulai dikenalkan dengan tokoh kartun? Tidak usah sama sekali. Nanti juga kenal sendiri.
Sumber Tulisan:
Bunda Yuria Cleopatra dengan beberapa perubahan redaksional.