19+ Tips Memulai & Mengelola Homeschooling

0 1,121

[nextpage title=”Tips Memulai Homeschooling” ]

Homeschooling bukanlah perkara yang mudah. Homeschooling bukanlah perkara yang sederhana. Mungkin hanya orang-orang yang terpaksa memampukan diri yang berani mengambil sebuah amanah sebagai manager pendidikan seutuhnya bagi anak-anaknya. Mereka terpaksa memampukan diri entah karena dorongan tujuan dan cita-cita atau karena keadaan yang memaksa mereka untuk mau tidak mau melaksanakan pendidikan alternatif dengan metode homeschooling. Maka hal yang perlu dilakukan dalam memulai homeschooling adalah menuliskan sekian alasan mengapa kita memilih homeschooling. Karena alasan itulah yang akan menguatkan kita dikala kesulitan, kelelahan bahkan saat problematika melanda.

Namun sekuat apapun alasan sebuah keluarga memilih homeschooling, pada prakteknya menjalankannya sangatlah tidak mudah terlebih bagi mereka yang harus berdamai dengan hiruk pikuknya pengasuhan dan pekerjaan rumah tangga. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi tentang hal teknis bagaimana homeschooling multilevel dapat dilakukan ditengah hiruk pikuk amanah rumah tangga.

Ada beberapa pola pikir yang perlu dipahami oleh orang tua yang akan membantu memunculkan keyakinan bahwa homeschooling multilevel ditengah hiruk pikuk amanah rumah tangga masih memungkinkan untuk dilakukan, meski tidak mudah, yaitu:

homeschooling
Tips mengelola homeschooling bagi ibu rumah tangga

1. Belajar tidak hanya diartikan sebagai kegiatan membaca, menulis, berhitung dan mengkaji ilmu.

Maka ketika orang tua harus melaksanakan amanah yang menyebabkan mereka tidak dapat memandu kegiatan membaca menulis, berhitung dan mengkaji ilmu, orang tua hanya perlu memastikan bahwa anak-anak mereka sedang berada dalam kegiatan positif yang merupakan sebuah proses belajar. Pastikan bahwa kegiatan belajar terjadi setiap saat dengan segala macam variasi metodenya. Pastikan bahwa kita memiliki fasilitas-fasilitas belajar yang tetap dapat bekerja meskipun anak-anak tidak sedang secara langsung kita dampingi.

2. Belajar dengan metode bersama buku, kertas dan alat tulis tidak harus selalu memiliki patokan jadwal dan durasi yang sama seperti sekolah formal.

Rentang konsentrasi anak dalam belajar hanya sebentar. Maka pembelajaran yang membutuhkan penjelasan konsep dan pendampingan dapat dilakukan dengan durasi yang singkat sekitar 15-30 menit, kemudian anak-anak dapat melakukan kegiatan lain saat jeda yang juga mengandung proses belajar. Oleh karena itu pembelajaran multilevel sangat mungkin dilakukan, Sebagai contoh dalam waktu 1 jam saya dapat menggunakan 15 menit pertama untuk mendampingi A, 15 menit kedua untuk mendampingi B, dst. Sementara murid lain yang menunggu bisa diberi tugas mandiri atau kegiatan eksplorasi dan bermain. Kemudian bergantian seterusnya sehingga setiap anak mendapat giliran. Oleh karena itu penting menyediakan fasilitas bermain yang bisa dilakukan secara mandiri dan mengandung unsur belajar.

3. Belajar tidak harus di ruang belajar dalam keadaan duduk rapi.

Dimanapun mereka berada, orang tua hanya perlu memastikan bahwa anak-anak sedang dan selalu dalam kegiatan yang mengandung unsur pembelajaran. Sebagai contoh, kami memiliki jadwal reading comprehensive saat saya menyusui balita di kamar untuk menidurkannya di waktu dhuha. Kami juga memiliki jadwal materi akhlak dan akidah islam di kamar, di atas tempat tidur saat menyusui batita di siang hari sambil pengkondisian tidur siang anak-anak.

4. Pengasuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup adalah bagian dari proses pembelajaran dalam homeschooling.

Sebagai contoh, saya dapat mengajar konsep dengan pendampingan private sementara anak yang lain sedang sibuk membuat jus atau es krim di dapur dengan pengawasan ART. Contoh lain, Saya dapat sibuk di depan komputer di pagi hari untuk menulis atau mengeprint worksheet belajar anak-anak sementara semua anak sibuk menyiapkan kebutuhan diri dipagi hari seperti menyiapkan sarapan dan mandi sendiri. Maka bagi keluarga kami jadwal homeschooling adalah sejak bangun tidur sampai tidur lagi.

5. Melakukan homeschooling tidak berarti wajib membuat kurikulum dari awal.

Homeschooler hanya perlu menentukan sejak awal mengenai cabang ilmu apa saja yang akan dipelajari, kemudian memilih buku yang paling pas yang akan dipakai. Selanjutnya homeschooler dapat mengikuti arahan dan tahapan materi dari buku yang digunakan lalu melakukan pengembangan yang dibutuhkan untuk memperkaya lesson plan. Dalam keluarga kami bahkan variasi kegiatan telah disiapkan perbendaharaan nya dengan membeli buku atau akses internet yang khusus menyediakan materi pembelajaran seperti video, worksheet, dan ide kegiatan aktif kreatif yang sesuai dengan tema. Sehingga dalam prakteknya persiapan homeschooler dalam mengajar tidak membutuhkan waktu yang lama karena hanya memilih di antara sebaran pilihan yang sudah disediakan sejak awal sebelum memulai homeschooling.

6. Tugas terbesar guru para homeschooler bukanlah menghabiskan semua materi yang berada dalam daftar kurikulum.

Tugas terbesarnya adalah mengantarkan anak menjadi manusia pembelajar yang bisa belajar mandiri. Oleh karena itu dalam prakteknya orang tua tidak perlu terlalu panik jika beberapa materi belum tersentuh sementara anak membutuhkan waktu yang lebih lama atau memang sengaja ingin berlama-lama dalam mempelajari sesuatu. Orang tua juga tidak perlu terlalu kaku dalam urutan tema pelajaran kecuali matematika dan tahapan membaca dan keahlian menulis yang memang perlu bertahap dan berproses.

[/nextpage]

[nextpage title=”Tips No.7 – No.15″ ]

7. Orang tua tidak perlu harus menjadi super teacher yang menguasai semua mata pelajaran.

Orang tua hanya perlu menjadi manager pendidikan yang mengatur jadwal, porsi, sarana prasarana serta facilitator yang diperlukan dalam setiap cabang ilmu yang ingin dipelajari. Sebagai contoh, untuk materi matematika, fisika, kimia di level sekolah menengah dapat melibatkan guru lain yang menguasai pelajaran. Untuk materi bahasa bisa melibatkan lembaga-lembaga ahli

8. Orang tua tidak harus lebih menguasai sebuah cabang ilmu yang dipelajari dibanding anaknya.

Orang tua dapat belajar bersama anak-anak serta mencari jawaban bersama pada sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian ilmu tidak diibaratkan seperti menuang air dari teko kedalam gelas kosong tetapi layaknya keluarga singa yang mencabik dan mengunyah hasil buruan bersama. Guru yang menginspirasi adalah guru terbaik yang mampu mengantarkan anak-anak mereka lebih pintar dan lebih baik darinya

9. Proses belajar bisa dilakukan dengan mengajar.

Maka libatkanlah kakak-kakak untuk mengajar adiknya. Siapa yang selangkah lebih dahulu mengetahui sebuah ilmu dapat mentransfer pengetahuannya dengan anggota keluarga lainnya. Sehingga saat kita benar-benar repot mengurus urusan rumah tangga, sesekali anak kita bisa saling bertanya tentang pelajaran kepada sesama saudaranya.

10. Tidak perlu merasa bersalah ketika proses belajar harus terhenti karena ada kejadian tidak terduga.

Karena penyelesaian masalah atas kejadian tak terduga seperti kecelakaan, tantrum, bertengkar adalah bagian dari sekolah kehidupan. Anak akan belajar tentang menyelasaikan konflik dalam kehidupan. Maka fokus saja pada kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah, sehingga anak-anak melihat keteladanan.

11. Padupadankan aktivitas dengan jadwal kegiatan yang tepat.

Pada kondisi seperti apa yang memungkinkan kita mendampingi secara full kegiatan homeschooling. Aktifitas mandiri apa yang cocok saat kita sedang hiruk pikuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kegiatan seperti apa yang dapat dilakukan secara paralel bagi setiap anak dengan level yang berbeda. Kegiatan seperti apa yang membutuhkan perhatian khusus tanpa di ganggu oleh anak lainnya. Apa yang perlu dilakukan anak yang lain saat kita sedang fokus mendampingi seorang anak secara personal. Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan secara terpusat dan bersama untuk semua usia. Siapkan juga aktivitas untuk usia balita yang menciptakan kenyamanan suasana belaiar bagi kakak-kakaknya. Tentukan pula kapan sebaiknya kita mencuri waktu untuk meng up grade diri dan mempersiapkan lesson plan.

12. Kenyamanan lingkungan belajar adalah tanggung jawab bersama.

Oleh karena itu, orang tua homeschooler tidak perlu merasa akan lebih berat dalam melaksanakan pekerjaan rumah tangga ketika memilih homeschooling. Karena menyiapkan dan membereskannya kembali adalah bagian dari homeschooling itu sendiri. Sehingga tidak mengapa jika kita menghabiskan banyak waktu untuk bersama-sama menyiapkan dan membereskannya. Kita bukanlah sebuah event organizer yang menyiapkan bahan sebelum peserta datang lalu membereskan setelah peserta pulang. Kita adalah keluarga homeschooler yang setiap suka dan dukanya dijalani bersama sebagai proses pembelajaran.

13. Kita tidak dituntut untuk menjadi super parent atau super housewife yang harus menyelesaikan semua keperluan dan permasalahan sendirian.

Tentukan jenis pekerjaan apa yang bisa dan boleh didelegasikan kepada pihak lain demi kemaslahatan yang lebih besar atau kemudhorotan yang lebih kecil. Libatkan pula anak-anak menjadi bagian dari pemenuhan dan penyelesaian masalah. Terkadang suasana homeschooling memang jauh dari suasana sekolah. Tugas kita hanya memastikan bahwa setiap detik dan setiap tarikan nafas keluarga homeschooler adalah sebuah pembelajaran.

14. Sediakan outlet-outlet sosialisasi bagi anak-anak homeschooling.

Tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti berbagai kursus dan kegiatan belajar jika memang keadaan dan kemampuan tidak memungkinkan. Ciptakan sarana sesederhana mungkin yang sesuai kemampuan, yang terpenting anak-anak memiliki sarana untuk belajar bagaimana membangun hubungan dengan orang lain.

15. Tangkap sekian banyak peluang untuk dapat belajar dari ahlinya.

Sehingga tidak perlu merasa bersalah jika harus menggeser lesson plan yang kita buat karena ada kesempatan emas untuk belajar sesuatu yang lain.

[/nextpage]

[nextpage title=”Tips No.16 – No.20″ ]

16. Jangan membayangkan menjadi homeschooler berarti menjadi guru sejak usia dini sampai sekolah menengah atas, sehingga orang tua merasa harus menguasai semua pelajaran tersebut.

Percayalah akan ada titik dimana seorang anak mampu belajar sendiri dengan kecepatan yang tidak bisa kita kejar. Percayalah pula bahwa kita memiliki sejuta kesempatan untuk mempertemukan anak-anak kita pada seseorang yang lebih ahli pada sebuah bidang untuk mengajarkan ilmu yang benar tentang bidang tersebut. Ingatlah bahwa tugas kita yang utama hanyalah mengantarkan mereka menjadi manusia pembelajar yang cinta belajar dan menjadikan belajar sebagai bagian dari harinya sepanjang hidupnya.

17. Tidak perlu merasa bersedih jika tidak dapat menciptakan ruang-ruang sentra belajar di dalam rumah kita, karena pada prinsipnya setiap sudut rumah dapat menjadi tempat belajar mereka.

Sebagai contoh, anak-anak dapat belajar di dapur saat kita masak. Mereka dapat belajar di sekitar kebun saat kita harus membersihkan taman. Mereka bisa belajar di atas kasur saat kita harus menyusui bayi. Mereka bisa belajar di dalam mobil saat kita terpaksa harus bepergian karena sebuah urusan.

18. Siapkan kegiatan yang bisa dipandu oleh pihak lain saat kita terpaksa harus keluar rumah.

Jika pihak yang dititipkan tidak memiliki kemampuan mengajar, kita bisa menyederhanakan lesson plan yang perlu dilakukan. Sebagai contoh menitipkan mereka kepada neneknya dengan dibekali beberapa video edukasi selama kit pergi. Nenek pun bisa istirahat, anak-anak menonton sesuatu yang aman dikonsumsi.

19. Buku, buku, buku, buku adalah sesuatu yang wajib dimiliki oleh keluarga homeschooler.

Maka orang tua homeschooler tidak perlu merasa tidak percaya diri dengan kapasitas ilmu yang dimilikinya. Selama bisa menulis dan membaca, menyediakan buku bacaan dan meluangkan waktu untuk belajar, mengajar atau membacakan isi buku, insya Allah kita bisa melakukan kegiatan homeschooling yang sarat akan bobot ilmu. Biaya pendidikan terbesar dalam homeschooling sebaiknya dialokasikan untuk buku. Bayangkan jika uang spp sebesar Rp. 300.000 per bulan yang kita bayarkan ke sekolah dikonversikan menjadi buku maka dalam satu tahun saja ruang tamu kita sudah layak menjadi taman bacaan di sekitar lingkungan tempat tinggal.

20. Menjadi manager pendidikan anak berlaku seumur hidup.

Maka tidak mengapa jika dalam perjalanan pendidikan anak-anak sesekali kita berhenti sementara atau selamanya dari metode pendidikan homeschooling jika tengah membutuhkan bantuan lembaga pendidikan dalam mencapai visi misi pendidikan anak secara keseluruhan. Sebagai contoh, anak-anak mungkin berhenti sementara dari kegiatan homeschooling di rumah untuk memperdalam suatu keahlian tertentu.

Homeschooling itu berat. Homeschooling itu tidak sederhana. Namun bukan berarti homeschooling itu tidak mungkin dilakukan. Ada banyak kelebihan yang dapat kita ambil ketika memilih pendidikan dengan metode personal yang berusaha menyesuaikan keunikan potensi, kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing anak. Namun hal yang juga sangat berat dalam melakukan homeschooling adalah karena kita mengajar anak kita sendiri. Ada hubungan yang lebih dari sekedar hubungan guru dan murid, yaitu orang tua dan anak.

Sesuatu yang mungkin berbeda dengan saat kita memberikan anak-anak kita untuk diajar dan dididik oleh guru lain. Sesuatu yang juga berbeda dengan saat kita mengajar orang lain. Ada cinta yang berbeda, ada harapan yang berbeda, ada ekspektasi yang berbeda. Perbedaan ini bisa jadi melahirkan kesabaran yang luar biasa serta persembahan terbaik untuk anak-anak kita. Namun sebaliknya perbedaan ini justru bisa jadi memberikan kesempatan kita untuk melakukan hal yang sebaliknya.

Orang tua menjadi sulit untuk sabar dan cenderung tidak merasa malu atau segan saat tidak memberikan persembahan terbaiknya. Menjaga kewarasan diri sebagai orang tua para homeschooler sangatlah penting. Ingatlah bahwa jika karena homeschooling kita sampai membully anak-anak kita sendiri, lebih baik kita menyekolahkan mereka pada sekolah yang ramah anak.

Homeschooling itu berat namun dengan homeschooling kita memiliki kesempatan untuk selalu memperbaiki dan menambah kapasitas ilmu. Homeschooling itu berat namun dengan homeschooling kita memiliki banyak kesempatan untuk bercengkrama dan berkegiatan bersama dengan anak. Homeschooling itu berat tapi dengan homeschooling kita senantiasa memanfaatkan waktu dalam rangka beribadah kepada Allah.

Homeschooling itu berat tapi dengan homeschooling kita memiliki kesempatan untuk selalu mengatur kegiatan anak-anak dalam kegiatan positif. Homeschooling itu berat tapi semoga upaya ini dapat menjadi salah satu upaya kita untuk melindungi diri dan keluarga dari api neraka dan kelak dapat mengumpulkan kembali seluruh keluarga dalam kedudukan istimewa di surga.

Batujajar Jawa Barat
Dari seorang ibu yang terus berikhtiar melaksanakan homeschooling ditengah hiruk pikuk amanah rumah tangga

Sumber Tulisan:

Bunda Kiki Barkiah dalam akun pribadi Facebook beliau.

[/nextpage]

Loading...
Tinggalkan komentar