Ayah bunda, emosi itu ibarat bensin yang menggerakkan mesin kendaraan. Jika terlalu besar, maka akan merusak dan membakar jika terlalu sedikit / kecil, maka kendaraan tidak akan bergerak. Dalam konteks anak pun demikian. Emosi yang muncul pada dirinya merupakan ekspresi yang dirasakan olehnya dan belum bisa dimaknai oleh anak. Ini 8 langkah / cara meredakan emosi anak.
Emosi dapat diartikan sebagai tangisan meminta tolong (cry for help), karena anak tidak berdaya ataupun sekedar mencari perhatian saja. Apapun pemaknaannya, diperlukan kepekaan kita sebagai orang dewasa dalam merespon dan menangkap apa yang terjadi pada mereka merupakan hal yang krusial.
Ini karena respon yang tepat merupakan contoh nyata bagi anak bagaimana suatu saat di merespon emosi dirinya ataupun terhadap orang lain. Bagaimanapun juga, emosi yang terlalu tinggi tak bisa dibiarkan begitu saja dan perlu untuk diredakan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang cara meredakan emosi anak.
Jika kita dalam kondisi merasa tidak berdaya, salah satu keinginan terbesar adalah mendapatkan perlindungan. Kita hanya tidak sedang ingin mendengar nasihat apapun. Yang diperlukan cukup kehangatan perlindungan. Setelah ada rasa aman dan kenyamanan barulah ada keberanian untuk melangkah. Terlebih lagi, ada jaminan bahwa kita tetap mendapatkan perlindungan.
Prinsip itulah yang perlu dicontohkan dan diajarkan sebagai salah satu bagian terpenting cara meredakan emosi anak. Agar anak-anak kita dapat mengelola emosinya dengan baik, mencontohnya dan memberikan solusi.
Saat emosi anak cenderung meningkat, sebagai contoh saat menangis karena sedih, tantrum karena marah, menghindar karena malu, cemas, takut, dan rasa kecewa.
Maka, yang perlu dilakukan pertama kali adalah menerima bahwa emosi itu sedang dialami anak-anak kita. Terkadang tidak diperlukan berbicara. Kita bisa menunjukkan sikap yang lebih bermanfaat. Seperti, memeluk dan membelai saat sedih, cemas dan takut atau memberi waktu kepada anak (misalkan saat tantrum) pun bisa dilakukan.
Mengetahui dan mengakui perasaan merupakan pembuka jalan dalam menyelesaikan masalah. Kita tak bisa mengatasi masalah jika tidak mengetahui sendiri apa yang dirasakan atau bahkan menyangkal hal tersebut.
Bagi anak balita, masih belum dapat memahami dengan benar perasaannya. Terkadang diperlukan peran orangtua untuk memberikan pengetahuan dan memberikan nama perasaan tersebut.
“Jatuh ya nak, sakit? Oo kamu sedih ya …”
Untuk anak yang sudah lebih dewasa (bagi yang sudah bisa memahami perasaannya) dapat ditanyakan,
“Kenapa nangis sayang? Coba ceritakan pada ayah / bunda.”
Terimalah pengakuannya, tidak perlu disangkal atau bahkan dikritik.
Hadirnya rasa cemas, sedih, dan takut umumnya terjadi karena tidak adanya rasa aman. Maka, sebagai orangtua bisa memberikan jaminan bahwa mereka AMAN.
“Udah ya sayang gak apa-apa, sini bunda peluk kamu dulu”
Ada banyak cara meredakan emosi anak yang bisa dilakukan. Teknik relaksasi, seperti menarik nafas perlahan, tapping, berbaring, istighfar, afirmasi, minum air putih, mendengarkan musik, menyendiri di kamar, dan lain sebagainya dapat diajarkan kepada mereka.
Setiap anak memiliki cara yang tepat dan sesuai untuk ditemukan dan meredakan emosinya dengan segera.
Jika emosi anak sudah reda (dengan rentang waktu yang berbeda tergantung dari stimulus yang memicu emosi dan sensitivitas anak), ajaklah anak kita berbicara.
Ajaklah anak kita untuk melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang yang berbeda.
Langkah ini akan efektif jika emosi anak sudah mereda. Hal ini juga berlaku dalam memberikan nasihat. Banyak orangtua yang terlalu terburu-buru masuk ke tahapan ini dan melewati beberapa tahapan sebelumnya. Ini mengakibatkan anak tidak dapat menerima nasihat / saran yang diberikan karena masih sibuk dengan emosinya.
Sebagai contoh, “Jalannya pelan-pelan. Ingat gak, seperti jalan pengantin itu lho.”
Tahapan dalam cara meredakan emosi anak selanjutnya adalah future pacing. Ini juga bisa masuk dalam tahapan sebelumnya. Intinya adalah apa yang dilakukan suatu saat nanti jika terjadi peristiwa atau kondisi yang sama.
“Nanti lagi kalau jalan di tempat licin pegangan atau jalan pelan-pelan”
Memberikan semangat atau pujian terjadi ketika hal yang positif ditampilkan, bukan pada masa anak masih emosi. Jadi, jika anak kita sudah memahami tentang apa yang perlu dilakukan di kemudian hari ketika peristiwa yang sama terjadi, maka berikan dia dukungan dan pujian.
“Nah sayang, kamu anak pinternya bunda. Insya Allah kuat ya.”
=============
Faktanya, 8 langkah / cara meredakan emosi anak tersebut lama prosesnya sangat bervariasi, tergantung pada peristiwanya. Jatuh karena terpeleset mungkin diperlukan waktu hanya beberapa menit saja dalam menyelesaikan semua langkahnya.
Lain halnya jika peristiwa yang dialami adalah di-bully oleh teman ataupun dimarahi oleh orangtua. Biasanya membutuhkan waktu lebih lama melewati semua prosesnya.
Pada prinsipnya, jika semakin sering dilakukan, maka semua langkah di atas akan jauh lebih cepat prosesnya. Anak-anak pun tidak harus selalu bergantung kepada orangtua. Dia akan dapat mengelola emosinya sendiri dengan mandiri.
Tidak ada langkah, kata-kata yang sama persis terhadap setiap orang. Diperlukan observasi lebih lanjut dan trial error dalam mencari mana langkah yang lebih tepat.
Penulis Asli: Bunda Yeti Widiawati
Postingan ini dimodifikasi pada 24 September 2017 8:39 am
Pembajakan software adalah masalah yang merajalela termasuk di Indonesia yang telah tumbuh seiring perkembangan kecepatan…
Siang terik paling enak menyantap masakan ndeso, salah satu yang buat kangen adalah menu sayur…
Kuliner Nusantara memang tak ada habisnya. Banyak sajian kuliner khas Indonesia yang terkenal seantero Nusantara,…
Karena berbagai alasan masih banyak pecinta kucing yang melepas kucingnya untuk bebas berkeliaran di luar…
Walaupun tidak setenar Tokyo, namun ada banyak destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi saat…
Remittance advice adalah definisi yang harus diketahui siapa saja yang akan melakukan remittance. Orang-orang yang…
Tinggalkan Komentar